Caption:Seorang dokter memeriksa kondisi Arya, anak berusia 10 tahun yang mengalami obesitas, di rumahnya di Karawang, pada 1 Juli 2016. (Foto: AFP/Mahendra)
Fixsnews.co.id- Sekitar 45% dari populasi perempuan di Indonesia mengalami obesitas, hampir dua kali lipat bila dibandingkan pada laki-laki, 26%, menurut data Kementerian Kesehatan. Terkait 4 Maret sebagai Hari Obesitas Sedunia, kita cari tahu mengapa perbedaan angka obesitas itu sedemikian kontras.
Saatnya berolahraga bagi belasan perempuan Indonesia ini. Mereka mencoba meningkatkan kesehatan jantung dan membuang kalori.
Bagi kebanyakan dari mereka, olahraga adalah rutinitas yang relatif baru, termasuk bagi Yuliana. Pada usia 29, berat badan Yuliana mencapai 110 kilogram.
“Saya kurang berolahraga, dan asupan makanan saya juga tidak sehat,” kata Yuliana.
Baca Juga;Gelar Donor Darah, Plt Ketua PWI Kota Tangerang : Bentuk Kepedulian Sosial
Hadapi Puasa dan Idul Fitri 2024, Begini Langkah Pemprov Banten Jaga Ketersediaan Kebutuhan Pokok
MK Tolak Permohonan Uji Formil Undang Undang Nomor 17 tahun 2023 Tentang Kesehatan
Apa yang disampaikan Yuliana, umum terjadi di Indonesia, di mana angka obesitas meningkat pada semua kelompok umur, terutama pada perempuan. Hampir separuh perempuan di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas – hampir dua kali lipat dibandingkan pada laki-laki di Indonesia.
Diah Saminarsih adalah CEO Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives, organisasi nonpemerintah yang memusatkan perhatian pada isu kesehatan.
“Kita melihat peningkatan angka obesitas dan hasilnya dapat kita lihat dari survei kesehatan dasar yang dilakukan di Indonesia… di mana kita dapat melihat peningkatan jumlah penderita penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, kanker dan juga gagal ginjal dan diabetes,” kata Diah.
Menurut Saminarsih, belum jelas mengapa perempuan Indonesia memiliki tingkat obesitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tetapi ia menunjuk peran tradisional perempuan di banyak keluarga di Indonesia, sebagai salah satu faktor.
“Mereka memasak, memberi makan anak-anak, kemudian mereka tinggal di rumah atau menjemput anak-anak dari sekolah, dan kemudian mereka bekerja di sela-sela kesibukan itu. Jadi, mereka mempunyai banyak peran dalam masyarakat dan mungkin mereka lebih banyak bersosialisasi dibandingkan dengan laki-laki. Dan ketika kita bersosialisasi, kita makan lebih banyak,” kata Dian.
Para penganjur Kesehatan mengatakan ada sebagian sinyal yang menggembirakan dengan semakin banyaknya dibuka pusat kebugaran. Selain itu, pendidikan kesehatan meningkat di seluruh negeri.
Sementara itu, berat badan Yuliana sudah turun tujuh kilogram dalam tiga setengah bulan terakhir. Dia berolahraga secara teratur dan makan lebih banyak makanan bergizi.
Perubahan gaya hidup seperti itulah yang diharapkan para penganjur kesehatan akan mendapatkan momentum.(VOA/03)