Probolinggo,Fixsnews.co.id- Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo mengadakan bimbingan teknis (bimtek) untuk meningkatkan kualitas bahan baku tembakau melalui penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Kegiatan ini berlangsung di aula Ridho Resort, Desa Krejengan, pada tanggal 23-24 Juni 2025, dan dihadiri oleh 345 petani tembakau dari 13 kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Pada hari pertama, 165 petani mengikuti sesi bimtek, diikuti oleh 180 petani pada hari kedua. Mereka mendapatkan materi dari berbagai perwakilan, termasuk Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D), Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Pemanis dan Serat (BRMP-TAS) Malang, Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), serta Bank Jatim Cabang Kraksaan.
Evi Rosella, Plh Kepala Bidang Sarana, Penyuluhan, dan Pengendalian Pertanian Diperta, menekankan bahwa tembakau merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Probolinggo. Ia menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam usaha tani tembakau adalah pemasaran, terutama untuk tembakau Paiton VO yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan industri rokok. “Kami berharap petani dapat memproduksi tembakau yang memenuhi standar kualitas pabrikan, terutama selama musim hujan,” ujarnya.
Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo, Arif Kurniadi, menambahkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tembakau, sehingga harga yang diterima petani juga meningkat. “Kami ingin produksi tembakau petani lebih baik dari sebelumnya, agar dapat diterima oleh pabrik dan meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Arif juga mengungkapkan kekhawatiran terkait regulasi baru, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan, yang dapat mempengaruhi serapan tembakau petani. Namun, ia optimis bahwa jika kualitas dan kuantitas produksi baik, pabrikan masih akan menyerap hasil tersebut. “Kami telah merancang langkah-langkah untuk mengatasi potensi dampak dari regulasi ini,” tegasnya.
Bupati Probolinggo berharap agar luas areal tembakau tidak menjadi masalah, dan menekankan pentingnya serapan dari pabrik untuk memastikan petani mendapatkan harga yang sesuai. “Yang terpenting adalah pabrik tetap menyerap tembakau petani Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya.(Dilli)