Kabupaten Tangerang, Fixsnews.co.id ,– Kraniotomi merupakan prosedur bedah besar yang dilakukan dengan membuka sebagian tempurung kepala untuk mengakses otak. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk mengatasi kondisi serius seperti pendarahan, tumor, maupun cedera parah. Biaya operasi kraniotomi dapat mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Meskipun demikian, kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kini memberikan harapan besar bagi masyarakat karena operasi ini dapat dijamin sepenuhnya. Dengan begitu, layanan medis yang sangat penting ini bisa diakses oleh masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi secara lebih luas.
Tindakan operasi kraniotomi ini dialami oleh anak dari Sri Unu (50), seorang warga Kabupaten Tangerang yang kini harus menjalani perawatan intensif setelah mengalami kecelakaan tertimpa ranting pohon berukuran besar yang mengakibatkan sang anak terjatuh hingga mengalami kehilangan kesadaran. Setelah sang anak menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter mendiagnosis adanya pendarahan hebat di otaknya akibat pecahnya pembuluh darah. Satu-satunya jalan agar nyawanya bisa diselamatkan yakni menjalani operasi kraniotomi secepat mungkin.
“Saya sangat terkejut ketika mendengar kabar bahwa anak saya mengalami kecelakaan, dan sesampainya di rumah sakit saya diinformasikan bahwa biaya operasinya bisa mencapai ratusan juta rupiah, itu pun belum termasuk rawat inap di Intensive Care Unit (ICU), obat-obatan, dan perawatan pemulihan setelah operasi. Seketika dunia saya berhenti sejenak karena bingung harus bagaimana dalam mendapatkan biaya sebegitu besarnya untuk operasi anak saya, apalagi saya hanya seorang pekerja bangunan yang tidak memiliki penghasilan tetap,” ungkap Sri, dengan suara bergetar. (10/7/2025).
Menurut pihak rumah sakit, operasi harus dilakukan dalam waktu kurang dari 48 jam untuk mencegah kerusakan otak yang permanen. Petugas rumah sakit melakukan konfirmasi kepada Sri apakah sang anak telah terdaftar sebagai peserta JKN. Sri mengaku tidak pernah mendaftarkan diri menjadi peserta JKN dikarenakan tidak mampu jika harus melakukan pembayaran iuran setiap bulannya. Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari petugas bahwa terdapat segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibiayai oleh pemerintah untuk warga kurang mampu, Sri segera mengajukan pendaftaran dengan bantuan dinas sosial setempat. Proses verifikasi berlangsung cepat apalagi kondisi pasien tergolong gawat darurat dan membutuhkan penanganan segera. Dalam waktu kurang dari satu hari, status kepesertaan JKN anak Sri sudah aktif, dan pihak rumah sakit pun langsung menjadwalkan tindakan kraniotomi tanpa meminta uang muka sepeser pun.
“Alhamdulillah saya sangat tidak menyangka, kami yang hidup pas-pasan bisa mendapatkan pelayanan yang luar biasa seperti ini. Dengan mudahnya saya hanya perlu menunjukkan tanda kepesertaan anak saya menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) digital pada Aplikasi Mobile JKN. Kalau bukan karena bantuan dari Program JKN mungkin saya sudah menyerah, seluruh biaya operasi kraniotomi hingga perawatan intensif anak saya dijamin penuh oleh Program JKN. Bantuan ini sangat meringankan beban kami di saat yang sangat sulit. Saya sangat bersyukur karena tidak perlu khawatir tentang biaya yang besar, sehingga bisa fokus mendampingi proses pemulihan anak saya dengan tenang. Semoga Program JKN terus berkembang dan bisa membantu lebih banyak keluarga seperti kami,’’ tutur Sri.
Pengalaman Sri menunjukkan betapa Program JKN memberikan perlindungan yang sangat berarti, terutama bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi yang harus menghadapi operasi besar seperti kraniotomi. Kini, akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas semakin terbuka untuk semua lapisan masyarakat, tanpa memandang status ekonomi. Program JKN bukan sekedar soal pembiayaan, tetapi juga menjadi jembatan yang memungkinkan peserta JKN memperoleh penanganan cepat dan tepat, serta memberikan ketenangan pikiran bagi keluarga di tengah masa sulit, karena semua warga negara berhak mendapatkan perlindungan kesehatan yang adil dan merata. (***/01)