Caption: Beberapa aktivis PETA menggelar protes menentang praktik adu banteng dengan membawa plakat “STOP Memberkati Adu Banteng”, saat kendaraan Paus Fransiskus tiba untuk menghadiri doa perayaan “Maria Dikandung Tanpa Noda” di Roma, Italia hari Minggu (8/12).
Roma,Fixsnews.co.id—
Empat aktivis satwa ditahan di Roma pada Minggu (8/12), setelah merebahkan diri di jalanan pada rute kendaraan yang membawa Paus Fransiskus. Mereka meneriakkan “adu banteng adalah sebuah dosa”, kata kelompok pembela hak satwa, PETA.
Rekaman video yang ditunjukkan oleh organisasi Masyarakat untuk Perlakuan Etis bagi Satwa (PETA) menunjukkan tiga perempuan melompati sebuah barikade dan berlutut di jalur, di mana sebuah mobil Fiat warna putih yang membawa paus mendekat, dan mereka mengangkat poster-poster.
Pasukan keamanan dengan segera membawa para perempuan itu pergi, ketika perempuan lain yang berada di belakang barikade mengacungkan poster yang sama, yang bertuliskan “adu banteng adalah sebuah dosa” dalam bahasa Spanyol, rekaman video menunjukkan itu.
Insiden ini terjadi ketika Paus Fransiskus, 87 tahun, sedang berada dalam perjalanan menuju Tangga Spanyol di Roma, untuk memberkati patung Perawan Maria di dekatnya, pada Hari Raya Pembuahan Tak Bernoda.
Dalam sebuah pernyataan, PETA mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan sebuah kampanye “mendesak paus untuk memutuskan hubungan Gereja Katolik dengan adu banteng dan mengutuk olah raga berdarah yang tercela ini”.
Belum lama ini, aktivis anti-adubanteng melakukan protes di depan kendaraan paus selama sebuah kunjungan ke Luksemburg pada September, di mana para aktivis menginterupsi sebuah kebaktian di Roma yang dipimpin oleh Paus Fransiskus untuk memrotes praktik tersebut.
Mimi Bekhechi, Wakil Presiden PETA untuk Eropa, menyebut itu sebuah “aib” bahwa Gereja masih terus mendukung “pembunuhan dan mutilasi banteng-banteng”.
“PETA mendesak Paus Fransiskus untuk mencela tontonan yang memalukan ini dan menjelaskan sekali lagi dan untuk selamanya, bahwa tidak ada orang yang memiliki niat baik yang mendukung adu banteng,” kata dia.
Kelompok ini mengatakan bahwa adu banteng – di mana banteng itu diejek dan berulangkali ditusuk sebelum akhirnya dibunuh – kadang digelar untuk menghormati orang-orang suci Katolik, termasuk Maria Sang Perawan, dengan para pendeta menggelar ritual keagamaan selama adu banteng berlangsung.
PETA juga mencatat bahwa Paus Fransiskus menulis dalam ensikliknya pada 2015 yang berjudul “Laudato Si”, sebuah surat kepausan yang dikirim ke semua uskup, tentang lingkungan, bahwa memperlakukan satwa dengan buruk “bertentangan dengan martabat manusia”.
Adu banteng diselenggarakan di Spanyol, Prancis, Portugal, Venezuela, Meksiko, Peru dan Ekuador.
Kolombia telah melarang olah raga berdarah itu pada Mei, sementara sebuah RUU di Prancis untuk melarang anak-anak di bawah 16 tahun menghadiri ajang ini, gagal disahkan di majelis tinggi parlemen bulan lalu.(VOA/03)