Awali Lawatan ke Asia, Paus Terbang ke Indonesia

Caption; Paus Fransiskus melambaikan tangan ke arah hadirin yang datang ke Basilika Santo Petrus di Vatikan, pada 28 Agustus 2024. (Foto: AP/Andrew Medichini)

Fixsnews.co.id-Paus Fransiskus melakukan perjalanan paling panjang, paling jauh dan paling menantang dalam masa kepausannya saat ia mengunjungi wilayah Asia dan Oseania pada minggu ini.

Paus akan menempuh jarak 32.814 kilometer dengan pesawa terbang dalam lawatan ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura, mulai dari tanggal 2-13 September. Lawatan tersebut melampaui 44 perjalana ke luar negeri yang telah ia tempuh sebelumnya, dan menjadi salah satu perjalanan kepausan terpanjang yang pernah ada, baik dari segi waktu lawatan maupun jarak yang ditempuh.

Bagi seorang Paus yang akan berusia 88 tahun pada bulan Desember mendatang, lawatan kali ini bukanlah sebuah pencapaian yang kecil. Paus Fransiskus, yang sempat menggunakan kursi roda dan kehilangan sebagian paru-parunya karena infeksi pernafasan saat masih muda, harus membatalkan perjalanan ke luar negeri terakhirnya ke Dubai pada November 2023 lalu atas perintah dokter.

Baca Juga;Paus Fransiskus akan Mulai Lawatan ke Asia, Oseania Pekan Depan

Paus akan Kunjungi Masjid Istiqlal, Dorong Kerukunan Antarumat

Namun kali ini Paus Fransiskus tetap melanjutkan rencana perjalanannya. Lawatan ke Asia dan Oseania ini semula dijadwalkan pada tahun 2020, tetapi ditunda karena perebakan luas COVID-19. Dalam perjalanan kali ini pun, Paus membawa serta tim medisnya, yang terdiri dari seorang dokter dan dua perawat. Ia juga telah melakukan tindakan pencegahan kesehatan yang biasa dilakukan di lapangan. Secara khusus Paus menambahkan sekretaris pribadinya ke dalam delegasi tradisional Vatikan yang terdiri dari beberapa kardinal, uskup dan petugas keamanan.

Perjalanan panjang ini mengingatkan publik pada perjalanan keliling dunia Santo Yohanes Paulus II tahun 1989, yang mengunjungi keempat destinasi tersebut ketika masa kepausannya selama seperempat abad. Ketika itu, Timor Leste masih merupakan bagian dari Indonesia.

Dengan menelusuri kembali langkah-langkah Yohanes Paulus, Fransiskus memperkuat pentingnya Asia bagi Gereja Katolik, salah satu dari sedikit tempat di mana gereja tumbuh dalam hal jumlah jemaat dan panggilan religius.

Indonesia

Paus Fransiskus sangat menyukai sikap persaudaraan dan kerukunan antaragama, dan tidak ada simbol toleransi beragama yang lebih baik di awal perjalanannya selain “Terowongan Persahabatan” bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Katolik di Indonesia.

Paus Fransiskus akan mengunjungi terowongan bawah tanah di pusat kota Jakarta bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar. Keduanya kemudian akan menghadiri pertemuan lintas agama dan menandatangani sebuah deklarasi bersama.

Paus telah menjadikan peningkatan hubungan Kristen-Muslim sebagai prioritas, dan sering menggunakan perjalanan luar negerinya untuk mempromosikan agendanya agar para pemimpin agama bekerja untuk perdamaian dan toleransi, dan meninggalkan kekerasan atas nama Tuhan.

Seorang pria berfoto dengan gambar Paus Fransiskus yang dipasang di Gereja Katedral Jakarta menjelang kunjungan Paus ke Jakarta, pada 1 September 2024. (Foto: AP/Dita Alangkara)

Papua Nugini

Paus Fransiskus terpilih sebagai paus pada tahun 2013, sebagian besar karena pidato yang disampaikannya kepada rekan-rekan kardinalnya, yang mengatakan bahwa Gereja Katolik sedianya pergi ke “daerah pinggiran” untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan penghiburan dari Tuhan. Ketika Paus Fransiskus melakukan perjalanan jauh ke dalam hutan Papua Nugini pada pertengahan minggu ini, ia akan memenuhi salah satu perintah yang ia tetapkan untuk paus masa depan pada malam pemilihannya di bulan Maret 2013.

Hanya sedikit tempat yang terpencil dan dilanda kemiskinan seperti Vanimo, sebuah kota pesisir utara di pulau utama New Guinea. Di sana Paus Fransiskus akan bertemu dengan para misionaris dari negara asalnya, Argentina, yang berupaya membawa agama Kristen ke sebagian besar masyarakat suku yang masih mempraktikkan tradisi pagan di samping iman Katolik.

Timor Leste

Ketika Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Leste pada 1989, ia berusaha menghibur penduduk yang mayoritas beragama Katolik yang menderita akibat pendudukan selama 15 tahun.

“Selama bertahun-tahun, Anda telah mengalami kehancuran dan kematian akibat konflik; Anda sudah tahu apa artinya menjadi korban kebencian dan perjuangan,” kata Paus Yohanes Paulus II kepada umat beriman dalam sebuah misa di tepi pantai.

Timor Leste menjadi negara merdeka pada tahun 2002, namun masih menanggung trauma dan luka akibat pendudukan yang menyebabkan 200.000 orang tewas – atau hampir seperempat jumlah penduduk negara tersebut.

Paus Fransiskus benar-benar akan mengikuti jejak Yohanes Paulus ketika ia merayakan Misa di Tasi-Toli, dekat Dili, lapangan terbuka tepi pantai yang sama dengan tempat liturgi digelar pada 1989, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai momen penting dalam gerakan kemerdekaan Timor.

Warisan lain yang akan dihadapi Paus Fransiskus adalah skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastur antara lain oleh pahlawan kemerdekaan yang dihormati dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Uskup Carlos Felipe Ximenes Belo, yang secara diam-diam telah dijatuhi sanksi oleh Vatikan pada tahun 2020 karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki.

Belum ada laporan apakah Paus Fransiskus akan merujuk pada Belo, yang masih dihormati di Timor Leste tetapi dilarang oleh Vatikan untuk kembali bertugas.

Singapura

Paus Fransiskus telah menggunakan beberapa perjalanan luar negerinya untuk mengirim pesan ke China, baik itu berupa telegram ucapan langsung ketika ia terbang melalui wilayah udara China atau secara tidak langsung menunjukkan rasa hormat, persahabatan, dan persaudaraan kepada orang-orang China ketika berada di dekatnya.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Singapura, di mana tiga perempat penduduknya adalah etnis Tionghoa dan bahasa Mandarin menjadi bahasa resmi, akan kembali memberinya kesempatan untuk menjangkau China. Hal tersebut sejalan dengan upaya Vatikan untuk meningkatkan hubungan demi sekitar 12 juta umat Katolik di China.

“Orang-orang yang berimanlah, yang telah melalui banyak hal dan tetap setia,” kata Paus Fransiskus kepada ordo Yesuitnya di provinsi China dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Kunjungan kali ini dihelat dilakukan sebulan sebelum Vatikan memperbarui perjanjian penting tahun 2018 yang mengatur pencalonan uskup.

Dengan melawat ke Singapura, negara dengan kekuatan ekonomi regional yang memiliki hubungan baik dengan China dan Amerika Serikat, Paus Fransiskus juga masuk ke dalam ranah sengketa maritim yang berlarut-larut karena China semakin tegas dengan kehadirannya di Laut China Selatan.(VOA/03)