Penulis : Nur Amala, S.S. (Guru Bahasa Mandarin SMK Negeri 3 Kota Tangerang)
Fixsnews.co.id- Sudah lebih dari tiga bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Awalnya virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada bulan desember 2019 tahun lalu. Dampak pandemi ini dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya pada system ekonomi saja tetapi berdampak besar juga terhadap system Pendidikan yang awalnya bisa bertatap muka secara langsung. Namun, dari beberapa bulan belakangan sampai saat ini system Pendidikan di Indonesia menjalankan pembelajaran secara jarak jauh (daring atau online).
Dalam surat edaran No.4 Tahun 2020, Mendikbud, Nadiem Makarim menyebutkan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk siswa. Namun pernyataan tersebut banyak mendapatkan protes dari pihak wali murid atau orangtua siswa yang merasa pembelajaran daring sangat sulit dan merepotkan mereka.
Menurut wawah (32) seorang ibu rumah tangga, pembelajaran dari rumah benar-benar menguras tenaga dan pikiran, apalagi mempunyai lebih dari satu anak yang sekolah di jenjang yang sama. Harus bisa membagi waktu untuk keduanya di waktu yang bersamaan untuk mengajari mereka.
Namun, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada masa pandemi ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran. Menurut Munir (2012:140) menyatakan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memiliki keunggulan yakni adanya pemerataan Pendidikan di berbagai lokasi, selanjutnya besaran daya tampung PJJ tanpa batasan, guru dan siswa tidak dianjurkan betemu karena tempat belajar yang tidak ada. Guru maupun siswa saat belajar memakai komputer yang terkoneksi dengan internet.
Pada faktanya, banyak siswa yang sulit mendapatkan kualitas internet yang baik agar dapat mengikuti pembelajaran daring di rumah. Karena setiap wilayah memiliki kualitas internet yang berbeda. Tetapi hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk para siswa agar lebih berpikir kreatif dalam mencari solusi dari permasalahan ini. Rizky (15), kadang-kadang kita sudah masuk google meet terus tiba-tiba keluar sendiri, ternyata jaringannya buruk.
Mau masuk google meet lagi susah, jadi sering ketinggalan materi yang diajarin oleh guru. Bukan hanya itu, kuota internet yang dimiliki siswa pun sangat terbatas sehingga hal ini menimbulkan masalah baru.
Tetapi dengan adanya permasalahan kuota internet tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akhirnya merilis bantuan kuota internet untuk belajar online. Besarannya berbeda tergantung tingkat sekolah.
Peserta didik Paud mendapatkan 20GB, sementara itu SD, SMP, dan SMA 35GB. Sedangkan pengajar tingkat Paud hingga SMA mendapatkan 42GB. Kuota terbesar didapatkan oleh dosen dan mahasiswa sebesar 50GB. Bantuan ini diberikan hingga Desember 2020. Selain permasalahan yang telah disebutkan diatas, saya sebagai guru bahasa Mandarin di SMK Negeri 3 Kota Tangerang juga memiliki beberapa tantangan dalam memberikan pembelajaran yang belum pernah saya lakukan untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh. Pertama, sebagai seorang pendidik dituntut untuk “melek” teknologi.
Saat ini, media pembelajaran digital yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembejaran jarak jauh adalah Google Classroom, Google Meet, Zoom dan aplikasi-aplikasi digital lainnya yang mendukung pembelajaran daring. Guru dituntut untuk dapat bisa menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut dengan efisien agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kedua, guru juga dituntut untuk dapat menyajikan pembelajaran yang menyenangkan, interakitf dan membangkitkan semangat peserta didik walaupun tidak dapat bertemu secara langsung. Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.
Dalam hal ini, saya menggunakan metode pembelajaran inovatif dengan model Project Based Learning (PjBL). Saya membimbing siswa untuk mencari informasi baik dari internet ataupun buku tentang kosakata-kosakata bahasa Mandarin yang berhubungan dengan Covid-19. Dengan diterapkannya model PjBL, saya sangat berharap para siswa mendapatkan pengalaman dalam belajar secara langsung.
Pada dasarnya setiap apapun yang terjadi dalam kehidupan kita memiliki nilai positif dan negatif, tetapi dari pandemi ini walaupun banyak sekali sisi negatifnya tetap memiliki sisi positif. Pelajaran-pelajaran yang dapat kita temukan adalah guru dan siswa bisa saling mempelajari teknologi-teknologi digital yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu, guru dan siswa juga menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang sebelumnya belum di ketahui kegunaannya.