Jakarta, Fixsnews.co.id– Harga emas bertahan kokoh di bawah level psikologis $3.400 per troy ons pada perdagangan Selasa (27/8). Penguatan ini didorong oleh pelemahan Dolar AS (USD) serta meningkatnya keraguan terhadap independensi Federal Reserve (The Fed) setelah Presiden Donald Trump berupaya memecat Gubernur The Fed, Lisa Cook. Ketidakpastian politik dan arah kebijakan moneter yang belum jelas kembali meningkatkan minat investor terhadap aset safe-haven, termasuk emas, yang dalam dua pekan terakhir mencatat reli signifikan.
Menurut Andy Nugraha, Analis Dupoin Futures Indonesia, tren bullish emas masih menunjukkan momentum yang kuat. “Selama dorongan beli tetap kuat, emas berpotensi menembus level $3.405. Namun, jika dorongan ini melemah, koreksi sehat bisa menguji support di $3.367,” ujarnya.
Pada perdagangan Rabu (28/8), harga emas sempat menyentuh $3.393, level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed lebih cepat dari prediksi, terutama setelah pidato dovish Jerome Powell di Jackson Hole dan rilis data ekonomi yang menunjukkan perlambatan.
Dari sisi fundamental, kondisi ekonomi AS semakin mendukung reli emas. Data pesanan barang tahan lama untuk Juli turun 2,8%, menandakan pelemahan sektor manufaktur. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen versi Conference Board pada Agustus juga mengalami penurunan, memberikan alasan tambahan bagi The Fed untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Situasi politik turut menambah ketidakpastian pasar. Trump memerintahkan pemecatan Lisa Cook dengan alasan kasus hipotek, namun Cook menegaskan bahwa presiden tidak memiliki kewenangan hukum untuk memberhentikan anggota dewan The Fed. Penjelasan ini sedikit menahan pelemahan Dolar AS, tetapi belum cukup untuk mengurangi dominasi tren bullish emas dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, arah pergerakan emas tetap cenderung positif. Dalam dua pekan terakhir, logam mulia tersebut sudah naik hampir 2%, mencerminkan tingginya permintaan sebagai aset lindung nilai di tengah kondisi global yang tidak pasti. Kini perhatian investor tertuju pada rilis data Indeks Harga PCE (Personal Consumption Expenditure) yang akan diumumkan Jumat ini. Angka tersebut menjadi indikator inflasi utama bagi The Fed dan akan sangat menentukan arah kebijakan suku bunga pada rapat September mendatang.
Andy Nugraha menegaskan, emas kembali menjadi primadona di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi Amerika Serikat. Dengan fokus pasar mengarah pada data inflasi PCE, harga emas masih berpotensi melanjutkan tren positif meski gejolak di pasar global tetap berlangsung.(Ben)