Timnas Indonesia U17 foto bersama jelang laga lawan Maroko di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Kamis (16/11). (Foto: Pool Piala Dunia U17/ Doc. LOC WCU17/NFL)
Fixsnews.co.id-Setelah kalah dari Maroko 1-3, harapan Indonesia untuk melaju di babak 16 besar Piala Dunia U17 akhirnya kandas. Di sisi lain, pengalaman sebagai tuan rumah menjadi nilai tersendiri, terutama untuk memperbaiki kompetisi di dalam negeri.
Optimisme sebenarnya sempat muncul karena permainan apik Timnas Indonesia U17 dalam dua pertandingan awal. Di laga pertama, Indonesia menahan imbang Ekuador, dan meneruskan tren positif saat bermain seri melawan Panama dengan skor 1-1. Sayang, di pertandingan terakhir, Garuda Muda kalah melawan Maroko 1-3, sehingga harus puas berada di peringkat ke-3 Grup A, dengan poin 2.
Baca Juga :Sekda Maesyal Buka Liga Tangerang League U-19
Raih Penghargaan Dari LKPP, Pemkot Tangerang Diminta Terapkan Katalog Elektronik Untuk Belanja Media
Kecilnya poin itu tak mampu membawa mereka melangkah lebih jauh. Akhir pekan yang menyesakkan bagi jutaan penggemar sepak bola di Tanah Air.
Namun, hasil akhir ini tidak boleh membuat upaya membangun Timnas yang solid kehilangan arah.
Komentar positif datang dari mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Eduard Tjong. Menurutnya, mampu menahan imbang Ekuador dan Panama adalah sebuah kemajuan prestasi. Tim yang saat ini ada semestinya ditata kembali dan tidak dibubarkan untuk mengasah kemampuan dan mempersiapkan mereka di ajang kompetisi kelompok umur selanjutnya, misalnya di Piala Dunia U20 mendatang.
“Saya bilang, konsistensi itu penting. Di Timnas kita itu jangan sampai event Piala Dunia U17 selesai, atau Indonesia gagal melaju, Timnas kita bubar atau hilang begitu saja. Jangan dong. Move on, kan bisa main di U20-nya lagi nanti,” ujar Edu kepada VOA.
Mempertahankan tim yang sudah ada ini, katanya penting, meski saat ini mengalami kekalahan.
“Jadi benar-benar chemistry-nya kena. Jangan pecah-pecah, bubar, bikin Timnas baru lagi. Oke, kalau cuma bongkar-pasang tim, tambah baru boleh. Asal jangan sampai kerangka Timnas bubar. Nggak gampang menyusun Timnas,” tambahnya.
Eduard Tjong menambahkan, fisik dan mental Timnas harus terus digenjot. Jangan sampai, tegas Edu, fisik kelelahan dan mental ciut saat berhadapan dengan tim yang lebih kuat secara statistik.
Ketua PSSI, Erick Thohir juga mengapresiasi semangat dan kerja keras Timnas Indonesia U17 di Piala Dunia. Tim ini, kata dia, akan terus diasah kemampuannya untuk menghadapi Piala Dunia U20 pada 2025.
“Tim sudah berbuat yang terbaik. Tadi saya bilang ke mereka, untuk tetap tegak berdiri, karena mereka masa depan sepak bola Indonesia. Apalagi tahun 2025 ada kejuaraan dunia U20. Tentu ini kita perlu persiapkan dari sekarang,” ujarnya di unggahan akun media sosial.
“Dari tim U17 ini, saya katakan ada lebih dari setengah potensi Timnas muda Indonesia di masa depan yang harus kita jaga. Jangan sampai mereka dengan hasil ini, selanjutnya tidak berkembang,” tambah Erick.
Harapan Indonesia sebenarnya masih menyala setelah kalah di laga terakhir itu. Sayangnya, nasib skuad U17 ini tergantung pada hasil di laga lain, yaitu jika dua pertandingan di grup berbeda hasilnya imbang. Sayang, Meksiko justru melibas Selandia Baru dengan skor 4-0 di grup F, Sabtu (18/11) malam di Stadion Jalak Harupat, Bandung. Sedangkan Korea Selatan ditekuk Burkina Faso dengan skor 1-2.
Sebenarnya, pelatih Ekuador U-17, Diego Martinez, pada Kamis (16/11) juga menyampaikan harapannya agar Timnas Indonesia U-17 lolos ke babak 16 besar. Setidaknya, sebagai sesama negara yang masuk di grup A.
“Tim Indonesia U-7 memiliki tim yang bagus, pemain berbakat, dan dilatih oleh pelatih yang kompeten. Saya melihat kemampuan para pemain Indonesia akan terus berkembang. Kami berharap bisa bersama Ekuador melaju di babak berikutnya,” ujar Diego ketika itu.
Sayang, harapan Martinez tidak menjadi kenyataan. Kemenangan Meksiko membuatnya menempati posisi kedua di grup F, menggeser Venezuela yang sama-sama meraih 4 poin beda selisih gol.
Aturan yang ditetapkan FIFA, babak 16 besar akan diisi oleh setiap juara dan runner up masing-masing grup, ditambah 4 terbaik peringkat ketiga. Dengan apa yang terjadi pada akhir pekan lalu, Grup A akhirnya diwakili Maroko dan Ekuador. Grup B berisi Spanyol, Mali dan Uzbekistan. Grup C ada Inggris, Brazil dan Iran. Grup D diisi oleh Argentina, Senegal dan Jepang. Grup E diwakili Prancis dan Amerika Serikat. Sementara dari Grup F ada Jerman, Meksiko dan Venezuela.
Peringkat ke-3 grup yang gagal melaju ke babak 16 besar adalah Indonesia dari grup A dan Burkina Faso di grup E.
Berlaga karena Tuan Rumah
Sejak awal, kehadiran Indonesia di ajang ini memang bukan karena prestasi, tetapi menerima jatah sebagai tuan rumah.
“Bisa berpartipasi di U17 ini adalah sebuah keberuntungan. Karena memang kalau kita memakai jalur seperti biasa, kita enggak lolos,” ujar Fahrisal Ahmad, seorang match commissioner atau inspektur pertandingan PSSI yang biasa terlibat dalam liga di Tanah Air kepada VOA.
Salah satu proses yang harus dilalui adalah Piala Asia, sebelum bisa melaju ke Piala Dunia.
“Di kualifikasi Piala Asia saja Indonesia tidak lolos, artinya secara tim kan sangat beruntung. Ditunjuk jadi tuan rumah dan mendapat satu tiket,” tambahnya.
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U17 yang diselenggarakan oleh federasi sepak bola dunia, FIFA. Ajang di Indonesia ini merupakan Piala Dunia U17 ke-19, diselenggarakan mulai 10 November hingga 2 Desember 2023.
Ini merupakan kesempatan pertama kalinya Indonesia terpilih sebagai tuan rumah. Sekaligus menjadi keuntungan tersendiri, karena sebagai tuan rumah, Indonesia berhak mengirimkan timnya.
Sebelumnya, Peru telah ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U17 FIFA 2021, tetapi kemudian dibatalkan karena pandemi COVID-10 dan diundur hingga tahun ini. Sayang, ketika waktunya tiba, Peru justru tidak mampu menjadi penyelenggara dan hak itu kemudian diberikan kepada Indonesia, pada 23 Juni 2023.
Penunjukan ini sekaligus dinilai menjadi kompensasi atas hilangnya hak tuan rumah Piala Dunia U20 FIFA 2023 yang dialihkan ke Argentina karena Indonesia menolak partisipasi tim nasional Israel pada turnamen tersebut.
Sementara akademisi sekaligus pengamat sepakbola dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr Filosa Gita Sukmono menambahkan selain keberuntungan, ada juga faktor lobi.
“Ini memang keberuntungan, namun yang kedua, ini harus kita maknai keberhasilan komunikasi politik dari petinggi-petinggi di PSSI yang bisa menghadirkan Piala Dunia dan memberi kesempatan Timnas ikut serta,” ujarnya.
Pengalaman sebagai Penyelenggara
Meski gagal lolos 16 besar, Indonesia tetap bisa mengambil manfaat dari penyelenggaraan Piala Dunia U17, setidaknya dari sisi pengalaman sebagai penyelenggara.
Filosa mengatakan, berdasar pengalamannya menonton pertandingan di Gelora Bung Tomo, Surabaya ketika Indonesia melawan Panama, penyelenggaraannya memenuhi ekspektasi.
“Atmosfer pertandingan Timnas lawan Panama dalam beberapa sisi sudah merujuk pada hal-hal yang dijadikan standar di FIFA,” ujarnya.
Pengalaman itu, dia bandingkan dengan ketika dirinya menonton langsung liga-liga di Eropa. Salah satunya adalah tentang bagaimana penonton disediakan sarana transportasi khusus, sehingga area stadion bersih dari kendaraan pribadi. Kinerja lebih baik, kata Filosa, sudah bisa dirasakan sejak layanan dalam pembelian tiket.
Filosa juga mengapresiasi peran penonton yang cukup mampu memompa semangat Timnas. Namun dia meminta, apapun yang bisa diraih oleh Timnas U17, tidak ditanggapi dengan komentar negatif di media sosial. Melihat usianya, pemain Timnas U17 tidak dapat diharapkan menyajikan permainan secantik senior mereka. Perundungan di media sosial akan menjatuhkan mental.
Sementara dari sisi penyelenggaraan, Fahrizal Ahmad menilai ini menjadi kesempatan bagus untuk belajar.
“Saya kira banyak ilmu bagi LoC, local chairman, yang kita dapatkan, terkait standar FIFA bagaimana menyelenggarakan turnamen sepak bola,” ujarnya.
Misalnya, kata dia, terkait penggunaan Video Assistant Referee (VAR). Liga-liga Eropa sudah menggunakan teknologi ini untuk memperbaiki kinerja wasit, sedangkan Indonesia belum. Ajang tersebut menjadi kesempatan PSSI belajar langsung pemanfaatan VAR untuk kompetisi lokal di masa depan.(VOA/04)