Jakarta, Fixsnews.co.id- Harga minyak mentah kembali mengalami gejolak tajam menyusul perkembangan terbaru dalam konflik geopolitik di Timur Tengah. Ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat terus memengaruhi pergerakan harga komoditas energi ini. Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, menjelaskan bahwa tekanan dari sisi teknikal juga memperbesar potensi penurunan harga.
Dalam dua hari terakhir, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan yang signifikan. Pada penutupan perdagangan Senin, 23 Juni, harga WTI anjlok lebih dari 7 persen atau sekitar $5,53, ditutup di level $68,51 per barel. Penurunan tajam ini terjadi setelah Iran memutuskan untuk tidak menghalangi jalur pelayaran kapal tanker minyak yang melintasi Selat Hormuz, meskipun sebelumnya ketegangan sempat memuncak setelah Iran melancarkan serangan balasan ke pangkalan militer AS di Qatar.
Situasi pasar semakin berubah setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel. Dalam pernyataannya, Trump menyebutkan bahwa kedua negara akan menerapkan gencatan senjata secara bertahap, dengan harapan konflik yang telah berlangsung selama hampir dua pekan dapat segera dihentikan dalam waktu 24 jam ke depan.
Kabar gencatan senjata ini langsung memicu aksi jual besar-besaran di pasar minyak global. Pada perdagangan Selasa pagi, 24 Juni, harga WTI kembali merosot sekitar $2,7 atau setara 3,94 persen, turun ke level $65,46 per barel. Ini menjadi posisi terendah harga minyak WTI dalam lebih dari seminggu terakhir, mengurangi kekhawatiran pasar terhadap potensi terganggunya pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah, khususnya dari Iran.
Dari sisi teknikal, Andy Nugraha menuturkan bahwa tren penurunan harga minyak WTI semakin terlihat jelas. Formasi candlestick yang muncul, ditambah dengan sinyal dari indikator Moving Average, menunjukkan kecenderungan bearish yang semakin kuat. Ia memperkirakan tekanan jual masih akan mendominasi pergerakan harga minyak mentah, dengan proyeksi harga WTI berpotensi melanjutkan pelemahan hingga mencapai area support psikologis di sekitar $64 per barel.
Meskipun demikian, peluang untuk terjadinya rebound atau pemulihan teknikal tetap terbuka, dengan target kenaikan terbatas di sekitar $69 per barel, terutama jika muncul sentimen positif dari para pelaku pasar. Andy juga menambahkan bahwa situasi pasar minyak global saat ini sangat bergantung pada dinamika geopolitik, khususnya terkait implementasi gencatan senjata dan kelanjutan ekspor minyak dari Iran.(red)