Tangerang,Fixsnews.co.id- Grebeg Suro dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat dan perlindungan yang diberikan sepanjang tahun. Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang yang dilestarikan sebagai bentuk kehormatan, kesucian, dan kebanggaan masyarakat Jawa, khususnya diaspora Gunungkidul di Jabodetabek. Grebeg Suro menggabungkan nilai-nilai Islam dengan budaya Jawa, menunjukkan harmoni antara agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat. Secara filosofis, Grebeg Suro mengandung nilai-nilai luhur seperti historis, edukasi, dan religius, serta menjadi simbol persatuan, kebersamaan, dan karakter kebangsaan.
Warga Gunungkidul di Jabodetabek, yang berjumlah lebih dari 300 ribu, bergabung dalam Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) untuk merayakan malam 1 Suro atau malam 1 Muharam. IKG, yang telah berdiri hampir 55 tahun sejak 12 Desember 1970, menjadi organisasi terbesar untuk diaspora DIY dengan 1.600 organ, termasuk 18 Kapanewon, 9 IKG Wilayah, 144 Koordinator Kelurahan, dan 1.431 Koordinator Dusun di Jabodetabek.
Tahun ini, pada tanggal 26 Juni 2025, IKG bekerja sama dengan Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY menggelar acara Grebeg 1 Suro 2025 di CBD Ciledug Family Mall. Rangkaian acara meliputi gelaran UMKM IKG yang diikuti lebih dari 30 UMKM, Santunan Sosial, Kirab Budaya, dan puncaknya adalah pagelaran wayang kulit oleh dalang Ki Gilang Thomas Kumoro dengan lakon Wahyu Purbo Sejati. Grebeg Suro IKG 2024 dihadiri sekitar 1.000 warga Gunungkidul di Jabodetabek, termasuk jajaran Dewan IKG dan pejabat wilayah.
Ketua Panitia Grebeg 1 Suro yang sekaligus Ketua 5 IKG yang membidangi perdagangan dan umkm, Suyanto yang saat ini juga telah meluncurkan Koperasi Jasa IKG, Travel IKG dan lainnya menyampaikan bahwa kegiatan Grebeg 1 Suro IKG 2025 ini ini tak jauh berbeda spiritnya dengan tahun-tahun sebelumnya yakni tetap mengutamakan semangat Gotong Royong dan guyub Rukun. Ia menyampaikan bahwa grebeg Suro kali ini juga mendapatkan dukungan yang luar biasa khususnya dari Banhubda DIY, 18 Kapanewon IKG, 8 Korwil IKG Jabodetabek, serta BPN Provinsi Banten, Dinas Pariwisata Kota Tangerang, FPK DKI Jakarta, Pemerintah Kota Tangerang dan Provinsi Banten juga Polsek, Kelurahan Karang Tengah dan manajemen CBD Family Mall Cilledug.
Suyanto menyampaikan dalam tiap perhelatan akbar dan sakral Grebeg 1 Suro, setelah dilakukan kirab gunungan, puncaknya adalah pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Kali ini mengusung lakon Semar Boyong. Pertunjukan wayang merupakan penggambaran simbolik kehidupan manusia Jawa yang selalu berinteraksi dengan lingkungan alam, sosial, dan Ke-Tuhan-an.
“Lakon Semar Boyong merupakan sebuah ikhtiar atau upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan melalui kebijaksanaan dan kesederhanaan. Lakon ini menceritakan tentang perebutan Semar oleh tiga kerajaan yang sedang dilanda pagebluk (wabah penyakit), karena mereka percaya bahwa kehadiran Semar dapat membawa keselamatan dan mengusir pagebluk itu. Lakon ini juga menyoroti pentingnya kerja sama dan persatuan antar kerajaan untuk mengatasi masalah bersama. Upaya tiga kerajaan untuk membawa Semar menunjukkan bahwa masalah bersama hanya bisa diatasi melalui upaya bersama. “ jelas Suyanto.
Ketua Umum IKG, Eddy Sukirman, MM dalam sambutannya menyampaikan warga IKG di Jabodetabek ini setiap tahunnya selalu merayakan 1 Suro dengan harapan diberi keberkahan diberbagai hal. Peringatan 1 Suro dengan tema Grebeg Suro ini dilaksanakan dari tahun ke tahun secara bergantian lintas wilayah di Jabodetabek dengan harapan guyub rukun makin terwujud dan sinergi dengan berbagai stakeholder dapat terwujud.
“Momen 1 Suro atau 1 Muharram ini saya harapkan menjadi spirit bagi kita semua untuk kita selalu tawakal, taat pada agama, lingkungan, dan agama masing-masing. Apapun tantangan yang ada di hadapan kita saya berharap dapat dihadapi dengan baik sesuai dengan adat dan adab masyarakat Gunungkidul yang senantiasa mengutamakan kebaikan untuk semua,” harap Ketua Umum IKG, Eddy Sukirman.
Lebih jauh, dalam Grebeg Suro ini, panitia juga menyuguhkan lebih dari 50 UMKM IKG, Ia sangat mengharapkan IKG mampu mewadahi warga Gunungkidul yang ada di Jabodetabek berkolaborasi dengan diaspora Yogyakarta lain yang tergabung dalam berbagai paguyuban untuk bersama mewujudkan diaspora Yogyakarta dan Gunungkidul Jabodetabek yang senantiasa akur, guyub rukun dan saling membantu.
“IKG merupakan paguyuban terbesar yang diharapkan dapat memberi manfaat yang baik bagi anggota dan daerah baik itu tingkat provinsi maupun kabupaten dengan dengan dukungan dan binaan Banhubda DIY. Kita harus terus optimis untuk maju baik membangun IKG, Jogj, Gunungkidul dan Indonesia,’tegasnya.
Selain itu dalam rangka Grebeg Suro ini, IKG memberikan penghargaan kepada IKG Kapanewon Semin sebagai Daerah Istimewa di Gunungkidul, selanjutnya IKG Kapanewon Rongkop, IKG Kapanewon Nglipar kemudian IKG Korwil Tangerang Kota. Hal tersebut diberikan selain antusiasme warga dalam setiap event IKG juga guyub rukun yang ditunjukkannya. Sebelumnya, IKG Koordinator Wilayah Tangerang selatan dalam perayaan hari jadinya juga memberikann penghargaan kepada Ketua Umum IKG, Eddy Sikirman sebagai Bapak Visioner yang telah membangun IKG.
Kepala Badan Penghubung Daerah (Banhubda) Daerah Istimewa Yogyakarta (Banhubda DIY) Nugroho Ningsih, dalam kesempatan ini membacakan sambutan dari (Pj.) Sekda DIY Aria Nugrahadi, yang menegaskan bahwa Grebeg Suro merupakan salah satu tradisi penting dalam khasanah budaya jawa yang secara turun temurun dijalankan sebagai bentuk laku spiritual dan kebudayaan. Ini bukan sekedar penanda perganitan tahun jawa tetapi juga momen perenungan, pembersihan batin serta pembersihan niat untuk untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh dibacakan oleh Nugroho Ningsih, bahwa Grebeg Suro adalah ruang dan kesempatan bagi kita untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia dan kemudian menyelaraskan dengan ilai-nilai kebaikan, kesederhanaan dan kerukunan.
“Kami sangat bangga dengan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh IKG, salah satunya dengan rangkaian event Grebeg Suro 1447 H dalam upaya kolaborasi lintas stakholder guna mensejahterakan Diaspora Gunungkidul di Jabodetabek juga membangun DIY melalui Kabupaten Gunungkidul dari tanah rantau,” ujar Nugroho Ningsih.
Sekda juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya di tengah tekanan di tanah rantau masih dapat melaksanakan ragam kegiatan yang bertolak pada menghidupkan roh budaya dan nilai luhur yang ada di dalamnya melalui ragam kegiatan yang intens dan konsisten.
Humas IKG, Tarsih Ekaputra menambahkan bahwa melalui serangkaian kegiatan Grebeg Suro IKG yang merupakan acara tahunan Ikatan Keluarga Gunungkidul ini sebagai upaya untuk mengingatkan kembali pentingnya melakukan introspeksi diri, keselarasan dengan alam dan sesama serta penghormatan terhadap warisan leluhur.
“Nilai-nilai ini yang menjadi jiwa dari tradisi dan patut terus untuk kita hidupkan tidak dalam hanya ragam seremonial melainkan juga dalam sikap dan tindakan keseharian warga Gunungkidul di jabodetabek yang tergabung dalam IK,” jelasnya.
“Kekuatan IKG itu dalam hal guyub rukun tulus ikhlas dengan suasana adem ayem. Ini spirit yang utama. Grebeg 1 Suro ini untuk tujuan yang lebih besar adalah sebuah upaya atau ikhtiar dalam merawat kebhinekaan meruwat Indonesia lewat adab dan budaya adiluhung masyarakat Gunungkidul yang jumlahnya sangat besar di Jabodetabek,” paparnya. (Ben)