Caption:Foto yang menunjukkan Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza yang diambil pada 1 November 2023. (Foto: AFP/Bashar Taleb)
Fixsnews.co.id- Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) pada Selasa (7/11) menegaskan bahwa “Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun masyarakat Indonesia, sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza.”
Pernyataan tersebut disampaikan untuk menggarisbawahi kembali fungsi dasar Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, dan tampaknya merupakan bantahan terhadap pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada hari Minggu (5/11) lalu yang menyatakan Rumah Sakit Indonesia adalah salah satu rumah sakit di Jalur Gaza, yang digunakan Hamas untuk beroperasi.
Baca Juga:Sosialisasi Pemilu 2024,Kesbangpol Berkolaborasi Dengan KPU Kabupaten Tangerang Gelar Kirab Pemilu
Demonstrasi Desak Gencatan Senjata Israel-Hamas Berlangsung di Seluruh Dunia
Ini 7 Brand Smartphone Terlaris di Aplikasi Akulaku di Sepanjang 2023
Juru bicara IDF Daniel Hagari lebih jauh mengatakan Hamas telah menyalahgunakan fungsi rumah sakit, termasuk membangun jaringan terowongan bawah tanah di beberapa fasilitas kemanusiaan di Jalur Gaza, termasuk di bawah Rumah Sakit Indonesia.
MER-C bantah tuduhan Israel
MER-C, yang mendukung kebutuhan medis Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza itu, pada Senin (6/11), juga telah membantah tuduhan Israel.
Berbicara dalam konferensi pers di Jakarta, Presidium MER-C Dr. Henry Hidayatullah mengatakan “Rumah Sakit Indonesia yang berdiri di Gaza, Palestina, merupakan rumah sakit yang dibangun untuk memberikan pengobatan dan melayani masyarakat Gaza. Oleh karena itu desain dan proses pembangunan dirancang sesuai kebutuhan rumah sakit. Kami tidak pernah membuat terowongan terkait Hamas. Jika ada tangki di bawah tanah, itu memang tangki untuk menyimpan bahan bakar dan air.”
“Rumah Sakit Indonesia tidak memiliki hubungan dengan gerakan apapun, fokus hanya pada bantuan medis… Kami tidak pernah membuat terowongan apapun di dalam rumah sakit. Rumah sakit ini murni untuk bantuan medis warga Palestina di Jalur Gaza,” tambah Henry.
Sebagaimana MER-C, pihak Kementeria Luar Negeri pada Selasa juga mengatakan bahwa “RS Indonesia saat ini sudah dikelola sepenuhnya oleh otoritas Palestina di Gaza, meskipun dari waktu ke waktu selalu ada relawan Indonesia yang membantu.”
RS Indonesia, tambah Kemlu, “adalah salah satu dari segelintir fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Jalur Gaza” saat terjadinya lonjakan jumlah korban tewas dan luka-luka setiap hari akibat serangan Israel.
“Rumah sakit ini saat ini merawat pasien dalam jumlah yang jauh melampaui kapasitas,” tambah Kemlu. Sebelumnya salah seorang sukarelawan MER-C, Nur Ikhwan Abadi, mengatakan terdapat 5.000 pasien yang saat ini dirawat di RS Indonesia, jauh melampaui kapasitas rumah sakit dan kemampuan tim medis yang tersisa.
Kemlu juga mengatakan bahwa sejak awal Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah “secara konsisten mengutuk dan menyerukan penghentian segera serangan membabibuta terhadap target sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza, termasuk rumah sakit dan ambulans.”
Meskipun tidak merinci target sipil yang dimaksud, jelas pernyataan ini ditujukan pada serangkaian serangan Israel terhadap pemukiman penduduk, rumah sakit dan ambulans, termasuk serangan terhadap kamp pengungsi Maghazi di Gaza pada Minggu (5/11) pagi, yang menewaskan sedikitnya 33 orang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga hari Senin ini lebih dari 10.000 orang tewas. Sementara korban tewas di wilayah pendudukan Tepi Barat mencapai 140 orang.
Di pihak Israel, sedikitnya 1.400 orang tewas ketika Hamas melancarkan serangan awal pada 7 Oktober lalu. Hamas juga menculik 242 orang, yang hingga kini masih ditahan di Gaza. VOA belum dapat mengkonfirmasi secara independen angka-angka korban pada kedua belah pihak itu.(VOA/03)