PANDEGLANG, Fixsnews.co.id– Dunia maya (cyber space) kini banyak dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan radikal. Bersembunyi di balik situs online, para penganjur radikalisme dan terorisme itu aktif menyebarkan faham radikal, bahkan melakukan rekrutmen anggotanya.
Untuk memberikan bekal pemahaman sekaligus mengantisipasi maraknya kejahatan radikal, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Yayasan Sahabat Nurani Banten akan menggelar diskusi literasi digital di Desa Cibungur, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu (2/7) sore, mulai pukul 15.30 WIB.
”Diskusi literasi digital masuk desa lintas komunitas ini bisa diikuti gratis. Caranya, silakan mendaftar secara online ke link registrasi di https://s.id/pendaftaranbanten0207. Peserta akan mendapat e-sertifikat resmi dari Kemenkominfo dan e-money senilai Rp 1 juta untuk 10 peserta yang beruntung,” tulis Kemenkominfo dalam rilisnya kepada awak media, Sabtu (1/7).
Diskusi luring (offline) bertajuk ”Bekal Menghadapi Kejahatan Radikal di Dunia Maya” itu akan menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Plt. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Diskomsantik) Kabupaten Pandeglang R. Goenara Daradjat, Tutor Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Herman Purba, influencer Inta Oceania, dan Machmud Rusdy selaku moderator.
Terkait tema, Kemenkominfo menjelaskan, radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan drastis sosial dan politik dengan cara kekerasan. Paham radikalisme sering kali menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada, dalam melancarkan aksinya.
”Ciri-cirinya adalah mereka intoleran atau tidak memiliki toleransi pada golongan yang memiliki pemahaman berbeda di luar golongan mereka. Mereka juga cenderung fanatik, eksklusif dan tidak segan menggunakan cara-cara anarkis,” jelas Kemenkominfo dalam rilisnya.
Seseorang yang sudah terpengaruh pemikiran kelompok radikal, lanjut Kemenkominfo, mereka tak segan lagi untuk bertindak kekerasan dengan menggunakan cara-cara ekstrem. Kekerasan ekstrem mereka tempuh karena diyakini mampu membebaskan belenggu duniawi sekaligus jihad.
”Banyak dalih mereka gunakan untuk mempengaruhi calon anggota. Mulai dari faktor yang bersifat internasional seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan penjajahan. Sedangkan faktor domestik, dalih persepsi ketidakadilan, kesejahteraan, pendidikan, kecewa pada pemerintah, serta balas dendam, kerap mereka gunakan,” sebut Kemenkominfo.
Di luar faktor internasional dan domestik, menurut Kemenkominfo, faktor lainnya adalah faktor kultural. ”Yakni, karena pemahaman agama yang dangkal, penafsiran agama yang sempit dan tekstual, dan indoktrinasi ajaran agama yang salah,” pungkas Kemenkominfo.
Diskusi lintas komunitas yang digelar ”chip in” dalam acara Mitigasi Bencana Berbasis Komunitas itu akan dihadiri beberapa komunitas sebagai peserta. Di antaranya: Komunitas Ciungur Jaya, Komunitas Surung Sungut, Komunitas Rancailat, Komunitas Pinang Cibungur, dan Komunitas Rancakarya.
Sebagai informasi, diskusi literasi digital pada lingkup komunitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD). IMCD diinisiasi Kemenkominfo untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Program Kemenkominfo yang berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fan Page dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo serta website info.literasidigital.id. (RED)