Caption:Pelatih keselamatan Next Gen dari International Women’s Media Foundation, Rosem Morton, memimpin pelatihan Newsroom Safety Across America untuk jurnalis di Harrisburg, Pennsylvania (foto dok. IWMF)
Dengan meningkatnya ancaman dan serangan terhadap jurnalis di AS di tengah semakin dekatnya pemilihan presiden, berbagai asosiasi media melatih wartawan cara untuk tetap aman.
Fixsnews.co.id—
Di sebuah gedung perkantoran di Rosslyn, Virginia, Amerika Serikat, beberapa wartawan sedang mempersiapkan diri untuk meliput pemilihan presiden AS. Persiapan mereka bukan tentang cara membaca jajak pendapat ataupun pentingnya hasil pemilu di negara-negara bagian penentu, melainkan pelatihan cara untuk menjaga keamanan diri, baik secara fisik, emosional, maupun digital.
Lokakarya itu digelar oleh Yayasan Media Perempuan Internasional (International Women’s Media Foundation/IWMF). Tujuannya untuk mempersiapkan diri.
Mereka mengajari para wartawan cara agar tidak menjadi sasaran serangan, membaca kerumunan dalam unjuk rasa, dan mengamankan profil digital mereka.
Elisa Lees Munoz adalah direktur eksekutif IWMF. “IWMF memulai inisiatif baru bernama Safety Across America karena pengalaman yang kami lalui pada pemilu terakhir, dan kami tahu insiden tersebut akan berlanjut pada pemilu kali ini dan mungkin lebih parah lagi.”
Permusuhan terhadap wartawan dalam peristiwa penyerbuan gedung Kongres AS pada 6 Januari 2021, serta meningkatnya serangan terhadap media massa, mendorong IWMF membawa lokakaryanya ke berbagai tempat. Yayasan itu setidaknya telah menjangkau 600 jurnalis di 11 negara bagian.
Pelatihan itu dibuat pada waktu yang tepat. Pelacak Kebebasan Pers AS mencatat kenaikan jumlah gangguan, penangkapan dan serangan terhadap media pada tahun 2024, kata editor pelaksana Kirstin McCudden.
“Kami melihat banyak sekali wartawan diserang tahun ini, 68, hampir 70 wartawan diserang,” ujar McCudden.
Sebelumnya, tahun ini, Pelacak Kebebasan Pers melaporkan bahwa jumlah jurnalis yang ditahan dua kali lipat lebih banyak dibanding tahun lalu. Insiden-insiden itu terjadi ketika wartawan meliput unjuk rasa soal Israel-Hamas di AS.
Kembali, McCudden, “Yang kami ketahui, ini adalah masa yang penuh ketegangan di seluruh kota di AS. Dan ini benar-benar mengingatkan sedikit pada tahun 2020, ketika kami melihat jurnalis diserang dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya, lebih dari 640 orang, dan hampir 150 wartawan ditangkap tahun itu.”
Peristiwa-peristiwa tersebut mendorong pendekatan yang lebih proaktif dari ruang-ruang redaksi di AS, di mana benang merahnya adalah bahwa wartawan harus siap.
Jennifer Thomas adalah lektor media di Howard University. “Pelatihan ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi kami, wartawan, untuk mempelajari beberapa alat dan hal-hal yang tidak bisa kita lihat, yang mungkin tidak kita ketahui atau perlu kita pelajari lagi, karena berkaitan dengan musim pemilu yang akan datang atau yang sedang kita jalani,” paparnya.
Dan ancaman itu tidak selalu dari liputan pemilu dan unjuk rasa. IWMF menemukan bahwa risiko terhadap media dapat berasal dari mana saja.
Kembali, Direktur Eksekutif IWMF Elisa Lees Munoz. “Setiap topik pemberitaan di Amerika telah menjadi topik yang menimbulkan perbedaan pendapat, sehingga menjadi sesuatu yang berbahaya.”
Dengan meningkatnya permusuhan terhadap media, lokakarya pelatihan keamanan wartawan menjadi salah satu cara untuk memastikan keselamatan para jurnalis.(VOA/03)