Cirebon, Fixsnews.co.id– Suasana Pondok Pesantren Al Bahjah akhir pekan lalu dipenuhi kehangatan saat vokalis DMASIV, Rian Ekky Pradipta, bertemu dengan Buya Yahya, ulama kharismatik yang dikenal luas berkat ceramah-ceramahnya yang menyejukkan hati. Pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan sebuah dialog mendalam tentang bagaimana musik dapat menjadi jembatan untuk menyebarkan nilai-nilai spiritual dan sosial.
Rian mengungkapkan rasa rindunya untuk bertemu Buya Yahya, sosok yang selama ini hanya ia saksikan melalui layar ponsel. “Alhamdulillah, hari ini kesampaian,” ujarnya dengan antusias.
Lagu yang Menyentuh Hati
Salah satu lagu ikonik DMASIV, “Jangan Menyerah,” telah menjadi anthem bagi banyak orang yang berjuang dalam hidup. Dirilis pada tahun 2009, lagu ini melintasi batas genre dan agama, memberikan harapan bagi mereka yang menghadapi kesulitan. Rian menceritakan pengalaman emosional saat seorang ibu menghampirinya di mall, mengucapkan terima kasih karena lagu tersebut menemani perjalanan kemoterapinya. “Itu bikin saya merinding,” ungkap Rian.
Fenomena ini mendorong DMASIV untuk mendirikan Yayasan Jangan Menyerah, yang berfokus pada misi kemanusiaan. “Kami membantu musisi yang sakit, olahragawan yang butuh biaya medis, bahkan membangun masjid dan membantu anak-anak sekolah,” jelas Rian.
Musik sebagai Soft Power untuk Dakwah
Bagi DMASIV, musik lebih dari sekadar hiburan; ia adalah soft power yang mampu menyentuh jiwa. Rian mengaitkan hal ini dengan karya John Lennon, yang menciptakan lagu “War Is Over” sebagai protes damai terhadap perang. “Dulu saya bikin lagu itu untuk diri sendiri, tapi ternyata banyak yang lebih berat, dan mereka terangkat karenanya,” ujarnya.
Dengan semangat kolaborasi, DMASIV dan Buya Yahya berencana menjembatani dunia musik dan pesan spiritual. “Mungkin kita bisa membedah lirik dan melihat bagaimana lirik bisa mengubah hidup seseorang,” kata Rian.
Buya Yahya menyambut baik gagasan ini, menekankan pentingnya setiap pertemuan untuk melahirkan manfaat. “Kami ingin dari potensi yang ada, ada buah yang bisa dipetik untuk perjuangan kemanusiaan dan kebaikan,” tuturnya.
Pertemuan ini bukan hanya sekadar basa-basi, tetapi sebuah misi untuk mengajak lebih banyak orang menebar kebermanfaatan melalui seni, khususnya musik.
DMASIV: Dari Panggung ke Pelayanan Sosial
DMASIV, yang mulai menapaki ketenaran sejak menjuarai kompetisi A Mild Live Wanted 2007 dan merilis album debut Perubahan, kini bukan hanya dikenal lewat lagu-lagunya yang menyentuh, seperti Cinta Ini Membunuhku dan Di Antara Kalian. Band ini juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial seperti penggalangan dana bencana, donasi penjualan album, hingga kampanye kesehatan dan pendidikan lewat yayasan yang mereka dirikan.
Pertemuan mereka dengan Buya Yahya menjadi penanda bahwa musik tak harus berhenti di telinga. Ia bisa menuntun hati, menyalakan semangat, dan mendorong tindakan nyata. Dan mungkin, seperti yang diyakini Rian, semua itu adalah bagian dari skenario yang lebih besar: bagaimana Allah menggerakkan musik sebagai alat dakwah yang lembut namun mengubah.
Pertemuan yang dibangun karena Allah, kata Buya Yahya. Beliau datang ke sini, berarti Insya Allah beliau adalah hamba Allah yang dikirim untuk diajak berbincang tentang kemanusiaan, kemaslahatan, dan kemajuan.
Pada pertemuan ini hadir pula CEO Jagat Ideascape, Agus Rosyidi. Agus mengapresiasi pertemuan antara Buya Yahya dan DMASIV. “Dari satu pertemuan, tumbuh harapan baru. DMASIV dan Buya Yahya kini seirama dalam satu misi: menjadikan seni bukan hanya untuk merayakan hidup, tapi juga untuk memuliakannya, pungkas Agus.
Jagat Ideascape adalah perusahaan content provider yang fokus pada pengembangan ekosistem konten dan Intellectual Property (IP) di Indonesia. Dengan menggabungkan kekuatan storytelling, teknologi digital, dan kecerdasan buatan (AI), Jagat Ideascape menciptakan produk-produk konten yang bernilai tinggi, relevan, dan siap berkembang lintas platform.
Dalam pengembangannya, Jagat Ideascape menjalin kolaborasi juga dengan kalangan ulama dan pendakwah, salah satunya Buya Yahya. Hal ini dilakukan untuk menghadirkan konten inspiratif yang otentik, kontekstual, dan menjangkau masyarakat luas melalui format digital yang modern. (Red)