Penulis: Neri Jandi
(Pengajar Pada SMP Negeri 25 Konawe Selatan)
Fixsnews.co.Id-Di dalam proses belajar-mengajar guru harus memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pengajaran.
Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam melaksanakan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televisi, radio, kaset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain. Bahkan telah menggunakan bantuan satelit.
Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah peserta didik yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah peserta didik yang tidak terbatas. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan.
Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak peserta didik. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja peserta didik sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan orang lain. Peserta didik perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan Kerajinan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Aspek Pisiologis adalah aspek internal yang mempengaruhi Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.selain aspek Aspek Psikologis Intelegensi Peserta didik yang pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat. Sedangkan faktor eksternal adalah Lingkungan Sosial yang terdiri dari Keluarga, Guru, Masyarakat, Teman dan Lingkungan Non sosial yang terdiri dari Rumah, Sekolah, Peralatan, Alam.
Berikut ini beberapa manfaat dari mempelajari prakarya ;
(1) Menumbuhkan sifat inovatif dan kreatif. (2) Meningkatkan kemampuan motorik halus peserta didik. (3) Melatih skill atau keterampilan sejak kecil agar berguna bagi masa depan. (4) Melatih peserta didik sebuah kesabaran dan berpikir praktis. (5) Menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
Sedangkan tujuan prakarya (1) Meningkatkan daya cipta dan kewirausahaan (2) Memfasilitasi peserta didik mampu berekspresi kreatif melalui keterampilan teknik berkarya ergonomis, teknologi, dan ekonomis. (3) Melatih keterampilan mencipta karya berbasis estetis, artistik, ekosistem, dan teknologi. (4) Melatih memanfaatkan media dan bahan berkarya seni dan teknologi melalui prinsip ergonomis, higienis, tepat-cekat-cepat, ekosistem dan metakognitif. (5) Menghasilkan karya jadi maupun apresiatif yang siap dimanfaatkan dalam kehidupan, maupun bersifat wawasan dan landasan pengembangan appropriative terhadap teknologi yang baru dan teknologi kearifan lokal.
Model Pembelajaran Project based Learning (PjBL) di kembangkan Untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan minat, perhatian, dan partisipasi peserta didik khususnya di SMPN 25 Konawe Selatan Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi tenggara dalam mata pelajaran Prakarya. Dan dapat juga dikembangkan pada sekolah-sekolah lain. Project Based Learning (PJBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek adalah salah satu model pembelajaran student centered anjuran Kurikulum 2013 sekalipun yang menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam pembelajaran project based learning, peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar yang sangat dekat dengan pekerjaan nyata di lapangan.
Dengan demikian, bukan proyeknya yang menjadi inti pokok model pembelajaran ini, melainkan pemecahan masalah dan mengimplementasikan pengetahuan baru yang dialami dari aktivitas proyek. Project based learning menekankan pada berbagai masalah-masalah kontekstual yang akan dialami oleh peserta didik secara langsung dari proyek atau kegiatan yang mereka lakukan. Dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran project based learning adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan berangkat dari suatu latar belakang masalah untuk mengerjakan suatu proyek atau aktivitas nyata yang akan membuat peserta didik mengalami berbagai kendala-kendala kontekstual sehingga harus melakukan investigasi/inkuiri dan pemecahan masalah untuk dapat menyelesaikan proyeknya sehingga dapat mencapai kompetensi sikap, pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari penerapan model PjBL tersebut, diperoleh perkembangan persentase nilai rata-rata peserta didik yang sangat signifikan yaitu mencapai 72,00% dengan nilai rata-rata 70,00 pada siklus pertama, 80,00% dengan nilai rata-rata 76,00 pada siklus kedua dan 94,00% dengan nilai rata-rata 82,00. Oleh Karena itu, pemecahan masalah prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran tersebut dalam mata pelajaran Prakarya.