JAKARTA, Fixsnews.co.id- Parade Maha Karya Topeng Nusantara menjadi penampilan penutup Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) Tahun 2020 yang secara resmi ditutup oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, Selasa (01/12). Acara yang mengusung tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia” dan digelar sejak tanggal 31 Oktober hingga 30 November 2020 itu menghasilkan sepuluh rekomendasi agenda dan sikap budaya.
Presiden RI, Joko Widodo mengatakan, PKN 2020 menjadi bukti bahwa para pelaku seni tidak tunduk terhadap pandemi Covid-19.
“Kesulitan dan tantangan yg dihadapi memacu semua orang untuk berkreasi, terus optimis, terus bergerak maju membangun memori masa depan yg lebih baik,” ucap Presiden melalui rekaman video yang ditayangkan secara virtual, Selasa (1/12).
Baca juga : Buru Kelompok MIT, Kapolri Perintahkan Kapolda Sulteng Berkantor di Poso
Pada kesempatan yang sama, Menko PMK, Muhadjir Effendy mengapresiasi PKN yang tetap diselenggarakan meski di tengah pandemi Covid-19. PKN menurutnya menjadi ruang ekspresi kebudayaan yang mampu memperkuat cita, rasa dan karsa. Selain itu, juga dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk bangkit kembali menciptakan tatanan baru menuju situasi kenormalan baru.
Lebih lanjut, Menko PMK menyebut, tradisi mencuci tangan, tradisi tolak bala, tradisi mengisolasi diri dan tradisi bersih desa seluruhnya mengajarkan relasi manusia dengan alam. “Pengaruhnya dirasakan sendiri kepada kesehatan dan kekuatan tubuh manusia dan lingkungan sosialnya,” katanya.
Menko PMK melihat, beberapa program dalam PKN 2020 menandakan sebuah keselarasan antara budaya yang kita miliki tidak hanya sebatas pertunjukan, tetapi juga mengandung makna yang dalam. “Bagaimana kebudayaan itu selalu hadir bersama kita sejak lahir hingga kita semua kembali ke liang lahat,” tuturnya.
Melalui konferensi yang berisi serangkaian refleksi, pidato, dialog dan percakapan, 33 narasumber dan pelaku budaya yang hadir berbagi pengalaman dan pandangan melalui proses tutur, kultur, dan luhur. Konferensi ini mencari titik temu dan bertukar pengalaman untuk menyusun panduan sikap.
Tutur adalah nilai-nilai dasar yang dihasilkan dari musyawarah, yang diterapkan dalam tindak budaya yang membentuk kultur (budaya), kemudian ditransformasikan menjadi kebijaksanaan luhur yang berfungsi sebagai panduan bersama. Berdasarkan hal tersebut, sebagai refleksi atas kearifan tradisi luhur, konferensi merekomendasikan sepuluh agenda dan sikap budaya.
Pertama, kewajaran baru memerlukan tatanan baru. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, menjadi etika dasar kehidupan bersama. Sikap budaya yang responsif, aktif, peduli dan berorientasi pada pemuliaan kehidupan menjadi landasan bagi era kewajaran baru ini.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid mengatakan bahwa budaya adalah sesuatu yang organik.
“Itulah kekuatan yang tidak dimiliki oleh negara lain. Budaya adalah kita,” tekan Hilmar pada kesempatan yang sama.
Kedua, keselarasan menjadi menjadi platform untuk kerja sama antarkekuatan budaya. Keselarasan adalah tindak merajut nilai-nilai, merawat alam, dan meruwat tubuh masyarakat. Keselarasan antara diri dan masyarakat, antara alam dan kalam, antara sekala dan niskala, menjadi nafas perkembangan keadaban.
Ketiga, kemandirian menjadi cara sekaligus sasaran melakukan tindak budaya. Kemandirian sebagai proses manusia menemukan diri, menjadi diri sekaligus memuliakan martabat manusia. Kemandirian melahirkan rasa merdeka dan kebebasan kreatif.
Keempat, tutur dan kultur, tanah dan air merupakan modal dasar ekonomi yang menggerakkan kehidupan. Ekonomi kini bersandar pada sumber daya pengetahuan (knowledge based) dan jaringan sosial yang cerdas. Jaminan pendapatan dasar (universal basic income) menjadi alas kesejahteraan sosial.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, bahwa kita dan bumi berada pada satu nafas. Oleh karenanya Ia mengimbau agar bangsa Indonesia menyadari peranan bumi tidak hanya untuk menghasilkan kebutuhan pokok saja.
“Bumi dengan segenap keindahan dan kemegahannya maka jagalah mereka dalam keharmonisan tujuan sesama manusia, bumi yang kita pijak. Nafas kita bergantung pada nafasnya, nafas bumi,” kata Mendikbud.
Kelima, menghidupkan gotong-royong sebagai model dan metode pemulihan kolektif. Ekonomi berbagi dan koperasi digiatkan sebagai pilar kerja sama yang mengusung asas kerakyatan, dari rakyat, dan untuk rakyat.
Keenam, menyusun peta jalan kebijakan pangan sebagai alur utama strategi kebudayaan meliputi lokalitas, biodiversitas dan kekayaan rasa sebagai identitas bersama dan gaya hidup. Budaya kuliner menjadi ekspresi paling progresif untuk dipublikasikan.
“Dengan berasal dari budaya tradisi, muncul pengetahuan, pengolahan pangan, ragam pakaian, simpul ikat, serat tanaman, ragam bangunan, transportasi hingga ekspresi artistik,” jelas Menko Muhadjir.
Ketujuh, berbagai rintisan dalam budaya kaum muda menghasilkan kreativitas berupa Gerakan Bank Sampah Dua Tahunan, diet tanpa plastik, musik indie, gerakan berkebun, menganyam alam, aksara kunokini, bahan pangan lokal, kebangkitan arsitektur dan desain nusantara. Seluruhnya menjadi kompas dan rekam jejak di masa depan.
Kedelapan, mendorong semaraknya kewirausahaan sosial dan wirabudaya sebagai pilihan karier dan profesi. Membangun platform bagi industri kreatif dan ekonomi kehidupan.
Kesembilan, pandemi membuka hubungan baru antara budaya desa dan kota, meleburkan kesadaran-ruang dan ruang-kesadaran dibutuhkan kebijakan komprehensif dan epistemologi ekologi budaya yang menghubungkan keduanya.
Kesepuluh, merekomendasikan pemerintah untuk menjalankan pengelolaan kebudayaan dan lingkungan dalam satu kebijakan yang terpadu.
Kendati telah usai, Pekan Kebudayaan Nasional 2020 masih tetap bisa diakses melalui www.pkn.id atau melalui kanal youtube @budayasaya.(red)