PKB Resmi Suarakan Dukungan, Hasrat Prabowo Sebagai Calon Presiden Kian Nyata

 

Caption: Prabowo Subianto (kanan), yang merupakan mantan saingan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019, bersiap sebelum pengambilan foto bersama Presiden Jokowi dan anggota Kabinet Indonesia Maju lainnya pasca pelantikan dirinya sebagai Menteri Pertahanan dalam periode kedua masa pemerintahan Jokowi, di Istana Kepresidenan di Jakarta, 23 Oktober 2019.[Willy Kurniawan/Reuters)

Fixsnews.co.id- Hasrat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk kembali maju sebagai calon presiden pada pemilihan umum 2024 kian mendekati kenyataan setelah Partai Kebangkitan Bangsa secara resmi turut mengusungnya sebagai kandidat orang nomor satu di Indonesia pada Rabu malam (10/5).

Prabowo resmi menjadi calon presiden dari partainya, Gerakan Indonesia Raya, atau Partai Gerindra, pada Agustus tahun lalu, namun partai terbesar kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu hanya mendapatkan 13,5 persen kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sehingga harus mendapatkan dukungan dari partai lain untuk bisa mencalonkan nama presiden.

Di bawah Undang-Undang Pemilu, partai politik atau koalisi dapat mencalonkan kandidat presiden hanya jika mereka memiliki setidaknya 20 persen kursi di DPR atau mengumpulkan 25 persen suara pada pemilu sebelumnya.

Dengan dukungan resmi dari partai Islam, PKB tersebut, Prabowo yang dalam dua pemilihan presiden sebelumnya dikalahkan oleh Presiden Joko Widodo, kini mengantongi 23,66 persen kursi di DPR, sehingga ia lolos sebagai kandidat presiden.

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Andre Rosiade menanggapi positif dukungan PKB, partai yang meraup suara keempat terbanyak pada Pemilu 2019 itu. “Kami menyambut baik dukungan tersebut, menunjukkan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya semakin solid,” ujarnya merujuk pada koalisi Gerindra dan PKB.

Terkait calon wakil presiden, Andre mengatakan perihal tersebut akan didiskusikan lebih lanjut oleh Prabowo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Pengamat menilai koalisi Gerindra-PKB sebagai langkah yang sama-sama menguntungkan serta berpotensi besar membuat pemilihan presiden pada 14 Februari 2024 diikuti tiga kandidat yaitu Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan.

Ganjar saat ini telah diusung oleh PDIP, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Solidaritas Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan, sementara Anies Baswedan mengantongi dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat dan Partai Nasional Demokrat.

PKB menyatakan dukungan kepada Prabowo sebagai calon presiden usai pertemuan dengan sejumlah petinggi Partai Golkar – pemenang ketiga Pemilu 2019 – di Jakarta pada Rabu. Namun berbeda dengan PKB yang menyatakan dukungan terhadap Prabowo, Golkar belum menentukan sikap.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB Faisol Reza dalam konferensi pers seusai pertemuan tak merinci alasan partainya mendukung Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa keputusan itu diambil lewat pertimbangan yang matang dan telah dibahas langsung oleh Prabowo dan Muhaimin Iskandar.

“PKB mengusung Prabowo sebagai capres. Itu harus dicatat,” kata Faisol.

 

PKB merupakan partai politik yang didirikan oleh beberapa kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia, tak lama usai jatuhnya pemerintahan otoriter Presiden Soeharto pada 1998.

Pada pemilihan umum demokratis pertama pada 1999, PKB berhasil berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 12,62 persen suara, bahkan mengantarkan Abdurrahman “Gus Dur” Wahid —salah satu pendirinya— sebagai presiden meski ia kemudian digantikan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri.

Namun seiring konflik internal yang berujung tersingkirnya Gus Dur dari partai, hasil suara PKB dalam Pemilu tidak memuaskan dan pada tahun 2019 lalu hanya meraup 9,69 persen suara.

Hasil tilikan sejumlah lembaga survei mendapati elektabilitas Prabowo cenderung meningkat beberapa bulan terakhir, terutama setelah Ganjar Pranowo yang sempat memimpin, elektabilitasnya merosot akibat pernyataannya terkait Israel dalam Piala Dunia U-20 dinilai menyebabkan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah turnamen yang sangat ditunggu masyarakat itu.

Lembaga Survei Indonesia pada awal April mendapati elektabilitas Prabowo di peringkat pertama dengan 18,3 persen, mengungguli Ganjar Pranowo dengan raihan 16,2 persen dan Anies Baswedan pada 13,1 persen. Namun, survei tersebut dilakukan sebelum PDIP meresmikan Ganjar sebagai calon presiden 21 April lalu.

Peneliti politik Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai koalisi ini sebagai keputusan realistis bagi kedua partai. Gerindra akan mendapatkan basis suara yang besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang biasanya menjadi penentu kemenangan dalam pemilihan presiden, sementara PKB akan mendapatkan posisi tawar yang lebih kuat dibanding berkoalisi dengan partai-partai lain, kata Yon kepada BenarNews.

“Dalam hal ini PKB memiliki privilege menopang suara Prabowo di dua kawasan yang jumlah pemilih terbanyak. Sementara bagi PKB dengan mendukung Prabowo berharap mendapatkan posisi wakil presiden dan posisi lebih kuat dibandingkan berkoalisi dengan partai lain,” kata Yon.

“Strategi memecah suara Ganjar”

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati juga menilai koalisi ini bagian dari strategi memecah suara Ganjar Pranowo dengan menyasar pemilih yang belum tersegmentasi pada kubu mana pun.

“Terutama di kantong-kantong dengan pemilih pemula karena pada dasarnya suara-suara sekarang ini lebih pada kandidat saja, belum kepada partainya,” ujar Wasisto kepada BenarNews.

Namun Wasisto menilai kestabilan koalisi Gerindra dan PKB akan sangat bergantung pula pada kemampuan PKB untuk dapat mengerahkan suara Islam, terutama yang berbasis NU atau pesantren.

Oleh karena itu, Wasisto melihat Gerindra masih akan terbuka untuk berkoalisi dengan partai lain seperti Golkar atau Partai Amanat Nasional demi bisa mendapat ceruk pemilih lain.

Menyusul manuver politik PKB yang mengusung Prabowo, pengajar politik Universitas Padjadjaran Idil Akbar, menekankan kembali apa yang selama ini diprediksi sebagian besar analis, mengenai pemilihan presiden yang akan diikuti tiga pasangan kandidat calon presiden – wakil presiden serta akan berlangsung dua putaran.

“Kalau Prabowo capres, kemungkinan akan tiga pasangan dan berlangsung dalam dua putaran,” kata Idil kepada BenarNews.

“Dapat dipastikan (pemilu) dua putaran karena untuk memenuhi suara 50 persen sangat sulit dengan tiga calon,” tambah dia.(BenarNews/03)