Cuaca Ekstrem Mengancam, BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca 24 Jam Non-Stop hingga 20 Maret 2025

oleh -6 Dilihat

Jakarta, Fixsnews.co.id– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memutuskan untuk memperpanjang Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) selama 24 jam non-stop di Jakarta dan sekitarnya hingga 20 Maret 2025. Keputusan ini diambil setelah analisis BMKG menunjukkan prediksi curah hujan yang tinggi hingga sangat tinggi di wilayah Jabodetabek bagian Selatan pada dasarian II dan III Maret 2025.

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa perpanjangan OMC ini merupakan langkah preventif pemerintah untuk menanggulangi potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem. OMC dilaksanakan berkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, dan TNI AU, dengan pusat operasi di Posko Lanud Halim Perdana Kusuma.

“OMC ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Seluruh proses dilakukan berdasarkan analisis data dan pemodelan atmosfer yang tepat agar berjalan efektif,” kata Dwikorita di Jakarta.

Potensi cuaca ekstrem ini disebabkan oleh kondisi regional, di mana sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Pesisir Barat Sumatera membentuk belokan angin di sebagian besar wilayah Jawa Barat. Belokan angin ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin dan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

Sebelumnya, BMKG telah melaksanakan OMC di Jabodetabek pada 4-8 Maret untuk mengurangi curah hujan ekstrem. Hasilnya, OMC berhasil mengurangi curah hujan sebesar 30-40% di wilayah operasi, yang sangat membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir.

Selama operasi ini, telah dilakukan total 26 sorti penerbangan dengan durasi 50 jam 17 menit, menggunakan 22.000 kg Natrium Klorida (NaCl) dan 4.000 kg Kalsium Oksida (CaO).

Deputi Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menambahkan bahwa OMC difokuskan pada pengamanan wilayah Jabodetabek, terutama di daerah yang terdampak banjir. Penyemaian awan dilakukan secara strategis di wilayah hulu untuk mengendalikan curah hujan sebelum mencapai kawasan rawan banjir.

“Langkah ini diambil untuk meminimalisasi risiko curah hujan tinggi di wilayah Jabodetabek dan mendukung upaya mitigasi banjir,” pungkas Seto.

Diperluas Hingga Jawa Barat

Di saat bersamaan, Seto menjelaskan OMC juga dilakukan di Jawa Barat, kerjasama BMKG dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan TNI-AU. Hal ini merujuk pada peta prakiraan curah hujan dasarian II dan III Maret 2024 yang memprediksi hujan pada kategori tinggi-sangat tinggi di wilayah Jawa Barat hingga akhir 2025.

OMC Posko Jawa Jawa Barat beroperasi pagi sampai sore hari. Jika ada ancaman malam hari maka akan dibantu oleh Posko Jakarta. OMC ini merupakan respon atas kejadian pada dasarian I Maret 2025 di mana telah terjadi banjir di beberapa wilayah Jawa Barat seperti Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Karawang.

“Sehingga untuk memitigasi terjadinya bencana banjir kembali salah satu langkah yang diambil oleh BPBD Jabar yaitu dilakukan OMC untuk mengurangi curah hujan tinggi,” ujarnya.

Lebih lanjut, pada tahap pertama OMC, NaCl disemai di langit Jawa Barat untuk mempercepat turunnya hujan di atas laut dan waduk. Operasi ini dilakukan agar hujan turun di wilayah yang diyakini aman dan mengurangi intensitas hujan yang jatuh di daratan. Misalnya, jika diprediksi terjadi hujan lebat di Cirebon maka awan-awan yang terbentuk di laut akan disemai sehingga ketika mencapai daratan intensitasnya berkurang menjadi sedang.

Selain itu, jika terdapat awan berpotensi hujan lebat di daratan, seperti di Bandung, maka penyemaian dilakukan menggunakan CaO untuk mengurangi intensitas hujan. Dengan metode ini, hujan yang tadinya diprediksi sangat lebat dapat dikendalikan menjadi hujan sedang atau ringan, sehingga tidak menyebabkan banjir atau longsor.

“Untuk hari pertama 11 Maret telah dilakukan 2 sorti penerbangan dengan total durasi 3 jam 25 menit Dalam operasi ini total bahan semai mencapai 1.600 kg. Direncanakan ke depannya akan dilakukan 3 sorti perhari tiap sorti 800kg dengan durasi peerbangan 1.5-2 jam,” jelasnya.

Berdasarkan hasil analisis, wilayah Jawa Barat berpotensi mengalami cuaca ekstrem dengan curah hujan lebat, angin kencang, dan petir. Jika OMC tidak dilakukan, risiko seperti banjir, tanah longsor, genangan air, serta gangguan aktivitas masyarakat akan meningkat, berpotensi merusak infrastruktur, menghambat mobilitas, dan menimbulkan kerugian ekonomi.

“Dengan OMC, intensitas hujan dapat dikendalikan lebih awal dan direduksi hingga 30-60% dari total prediksi curah hujan. Sehingga dampak bencana dapat diminimalisir dan keselamatan masyarakat lebih terjaga,” pungkasnya.(Red)