Semarang, Fixsnews.co.id— Di tengah isu kerusakan lingkungan yang semakin meluas, muncul kisah-kisah inspiratif dari desa-desa hutan yang bertransformasi secara ekologis, sosial, dan ekonomi. LindungiHutan, sebuah startup konservasi berbasis komunitas, telah menjadi katalis perubahan di berbagai daerah pesisir dan hutan kritis di Indonesia, termasuk di Desa Kartikajaya, Kendal, Jawa Tengah.
Pak Sururi, seorang petani sekaligus penjaga kawasan mangrove di Kartikajaya, menjadi contoh nyata dari dampak sosial program penanaman yang dijalankan oleh LindungiHutan. Dulu, kawasan pesisir ini sering dilanda banjir rob dan abrasi parah. “Kami tidak tahu harus berbuat apa. Tapi setelah belajar tentang mangrove dan mulai menanam bersama LindungiHutan, semuanya berubah perlahan,” ungkap Pak Sururi.
Kini, dengan lebih dari 50.000 bibit yang telah ditanam, masyarakat mulai merasakan manfaat langsung. Tanah yang kembali subur, penghasilan tambahan sebagai penjaga hutan, dan terbukanya ruang edukasi serta kunjungan untuk publik menjadi beberapa hasil positif dari program ini. Pak Sururi juga aktif memberikan edukasi kepada generasi muda agar peduli terhadap lingkungan, membuktikan bahwa konservasi bisa menjadi warisan lintas generasi.
Cerita serupa juga terjadi di daerah lain, seperti Tapak di Semarang dan Wonorejo di Surabaya, di mana proyek konservasi LindungiHutan turut menghidupkan ekonomi lokal. Warga tidak hanya terlibat sebagai penanam pohon, tetapi juga dalam aktivitas seperti pelatihan green skill, pengembangan UMKM berbasis lingkungan, dan ekowisata edukatif.
Menurut CEO LindungiHutan, Miftachur “Ben” Robani, pendekatan yang dilakukan selalu berbasis kebutuhan lokal. “Kami percaya masyarakat adalah garda terdepan pelestarian lingkungan. Ketika mereka berdaya dan dilibatkan sejak awal, perubahan tidak hanya terjadi di alam, tetapi juga dalam kehidupan mereka,” jelasnya.
Hingga pertengahan 2025, LindungiHutan telah menanam lebih dari 1 juta pohon, melibatkan lebih dari 120 relawan, serta berkolaborasi dengan ratusan mitra dari sektor swasta, komunitas, hingga lembaga pendidikan. Proyek ini tidak hanya menyasar restorasi ekosistem, tetapi juga memperkuat solidaritas, membuka lapangan kerja hijau, dan membangun budaya peduli lingkungan dari akar rumput.
“Yang kami tanam bukan hanya pohon, tetapi harapan,” kata Pak Sururi. Dan harapan itu kini tumbuh kokoh bersama akar-akar mangrove di desa pesisir Indonesia.