PANDEGLANG, Fixsnews.co.id– Konten negatif seperti ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoaks) masih terus membanjiri media digital, utamanya di media sosial. Narasi dan konten ideologi pemecah belah bangsa pun semakin sering kita temukan tersaji di dunia maya. Kompetensi literasi digital diyakini akan mampu membendung penyebaran konten negatif untuk menjaga persatuan Indonesia.
Untuk mengantisipasi sekaligus memberikan panduan beraktivitas secara positif di media digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Komunitas Anjangsana Menes, akan menggelar diskusi literasi digital di Desa Cilabanbulan, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (30/8) sore, mulai pukul 15.00 WIB.
Diskusi luring (offline) untuk komunitas pemuda dimaksudkan untuk mempercepat transformasi digital, di samping memberikan edukasi kepada masyarakat. Diskusi rencananya akan dihadiri oleh beberapa komunitas, di antaranya: Komunitas Perempuan Voly Menes, Mancing Mania Cilabanbulan Community, Petani Kumbili Cilabanbulan, Komunitas Pemburu Bersatu, dan Komunitas Kicau Mania Cilabanbulan.
Mengusung tema ”Menghidupi Persatuan Indonesia: Jangan Mudah Terprovokasi di Era Luapan Informasi!”, diskusi akan menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah dosen Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten Neka Fitriyah, influencer Ana Livian, penyiar Radio Azmy Zen, dan Sintia Dewi selaku moderator.
”Diskusi literasi digital masuk desa lintas komunitas ini bisa diikuti gratis. Caranya, silakan mendaftar secara online ke link registrasi di https://s.id/pendaftaranpandeglang3008. Peserta akan mendapat e-sertifikat resmi dari Kemenkominfo dan e-money senilai Rp 1 juta untuk 10 peserta yang beruntung,” tulis Kemenkominfo dalam rilisnya kepada awak media, Selasa (29/8).
Terkait tema diskusi, Kemenkominfo menjelaskan, konten negatif berupa ujaran kebencian, berita bohong, dan provokasi ideologi kini banyak tersebar melalui media digital. Masyarakat butuh pemahaman kompetensi literasi digital guna mengantisipasi penyebaran konten negatif yang berpotensi memecah belah bangsa.
”Di era luapan informasi, generasi muda (milenial) harus mampu memberikan informasi yang benar kepada masyarakat luas. Mereka juga harus mempu memberikan teladan baik di dunia digital, dengan tidak ikut meneruskan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya,” jelas Kemenkominfo dalam rilis.
Menghidupi persatuan, menurut Kemenkominfo, bisa dilakukan dengan selalu berpikir kritis, dan pemahaman menyeluruh terkait empat pilar utama literasi digital. Yakni: kecakapan digital (digital skill), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety), dan budaya digital (digital culture).
”Selain kompetensi keempat pilar literasi digital, untuk mengeliminasi ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) serta provokasi ideologi, pengguna perlu berpikir kritis dengan cara melakukan penyaringan informasi sebelum mempercayai dan meneruskannya,” urai Kemenkominfo.
Kemenkominfo menambahkan, hoaks yang menyebar di media digital, paling banyak ada di media sosial, yakni sebesar 92,40 persen, melalui aplikasi seperti Instagram, facebook, Twitter. Kemudian melalui aplikasi chat seperti WhatsApp, Line, Telegram, yakni sebanyak 62,80 persen, dan situs web sebesar 34,90 persen.
Sebagai informasi, diskusi literasi digital pada lingkup komunitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD). IMCD diinisiasi Kemenkominfo untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga 2024.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fan Page dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo serta website info.literasidigital.id. (RH)