Junar Asunyi, Mengubah Keterbatasan Menjadi Kekuatan Lewat Konten Karier

oleh

Fixsnews.co.id– Tidak ada yang benar-benar siap dilabeli “berbeda” saat kecil. Namun, bagi Junar Asunyi, hidup dengan keterbatasan fisik bukanlah akhir cerita, melainkan awal dari sebuah perjalanan bangkit yang kini menginspirasi banyak orang.

Kondisi Junar bukan bawaan lahir. Saat duduk di bangku SD, ia didiagnosis mengalami hambatan pertumbuhan yang menyebabkan dirinya lumpuh selama hampir satu dekade. Ia baru bisa kembali berjalan saat menginjak kelas 2 SMA. Masa kecilnya dipenuhi dengan pertanyaan, cemoohan, dan rasa ingin tahu dari orang-orang di sekitarnya, termasuk keraguan dari orang-orang terdekat yang mempertanyakan kemampuannya untuk mencapai cita-cita.

Di tengah tekanan tersebut, Junar memilih untuk berjuang, bukan untuk membuktikan kepada orang lain, tetapi untuk menemukan jati dirinya. Ia menempuh pendidikan Psikologi di Universitas Pelita Harapan dan memulai kariernya sebagai HR intern pada 2018, sebelum bergabung penuh waktu di sebuah startup di Jakarta.

Pandemi yang melanda pada tahun 2020 menjadi titik balik penting dalam hidupnya. Saat banyak orang kehilangan arah, Junar justru menemukan peluang baru. Ia mulai membuat konten di Instagram dan TikTok, awalnya seputar psikologi umum, namun kemudian berfokus pada topik HR dan bimbingan karier, membantu mereka yang kesulitan mencari pekerjaan di tengah krisis ekonomi.

Dari situ, lahirlah perannya sebagai career coach, memberikan bimbingan kepada mahasiswa, fresh graduate, dan mereka yang ingin beralih karier, berdasarkan pengalaman nyata, bukan sekadar teori.

Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Junar adalah inklusivitas di tempat kerjanya. Ia merasa disambut sebagai rekan kerja, bukan sekadar orang “berkebutuhan khusus.” “Mereka treat saya seperti karyawan lain. Saya bukan orang asing. Dan itu buat saya sangat berarti,” tuturnya.

Namun, perjalanan Junar tidak selalu mulus. Ada kalanya semua usaha tampak sia-sia, tetapi ia belajar untuk membuka diri dan belajar dari orang lain yang lebih berpengalaman. “Sering kali, kita terlalu cepat menyerah karena menolak untuk belajar,” ujarnya.

Hari ini, Junar tidak hanya berperan sebagai career coach, tetapi juga menjadi suara harapan bagi mereka yang merasa kecil, tak terlihat, atau dianggap “tidak mungkin berhasil.” Ia percaya bahwa disabilitas bukanlah akhir dari kontribusi atau batasan untuk bermimpi. “Gak usah dengerin kata-kata negatif. Fokus sama yang dukung kita. Lakuin aja yang bisa kita lakuin. Kalau capek, istirahat, tapi jangan menyerah,” pesannya.

Menurut Junar, edukasi, baik formal maupun non-formal, adalah kunci. Belajar tidak berhenti di kampus. Sertifikasi boleh penting, tapi yang paling penting adalah praktik nyata. Karena dunia kerja tidak hanya butuh teori, tapi kemampuan untuk bertindak.

Ia juga mengajak anak muda untuk fleksibel menghadapi perubahan zaman. “AI sudah hadir. Dunia berubah cepat. Jangan terlalu perfeksionis. Mulai aja dulu, sambil belajar,” ujarnya.

Dan bagi mereka yang ingin “kabur” ke negara lain demi masa depan yang lebih baik, Junar mengingatkan: pastikan punya tujuan dan persiapan. Bukan sekadar lari, tapi berpindah dengan arah yang jelas.

Dari seorang anak yang sempat kehilangan kemampuan berjalan, kini Junar menjadi penggerak yang menginspirasi banyak orang untuk bangkit dan percaya bahwa hidup selalu punya celah harapan.

Karena kadang, yang paling dibutuhkan dunia bukan orang yang sempurna, tapi orang yang berani tetap berjalan meski tertatih. Dan Junar sudah membuktikannya.(Ben)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *