Kekhawatiran Terhadap Orangutan di Kalimantan: Deforestasi dan Aktivitas Pertambangan

oleh

Caption:Seekor orangutan memanjat pohon di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari milik BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation), dekat lokasi pembangunan IKN di Samboja, Kalimantan Timur, 9 Maret 2023. (Foto: AP)

Fixsnews.co.id- Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pertambangan. Ironisnya, negara ini juga merupakan salah satu dari dua negara terakhir yang masih menjadi habitat orangutan, bersama dengan Malaysia.

Baru-baru ini, rekaman seekor orangutan jantan yang tampak kebingungan dan berkeliaran di area terpencil tambang batu bara di Kalimantan telah memicu kekhawatiran lebih lanjut tentang masa depan spesies yang terancam punah ini. Dalam video yang viral di media sosial, orangutan tersebut terlihat berjalan hanya beberapa meter dari ekskavator, di tengah area yang dikelilingi oleh vegetasi.

Rekaman tersebut diambil bulan lalu oleh warga setempat dan telah diverifikasi oleh AFP. Lokasi pengambilan gambar berada di Kalimantan Timur, provinsi tempat pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru. Para pegiat lingkungan sebelumnya telah memperingatkan bahwa mega proyek ini dapat mengancam habitat satwa di salah satu hutan hujan terbesar di Asia.

Video tersebut menunjukkan orangutan jantan berjalan di jurang berpasir dengan bebatuan putih dan hitam, sesekali menggali tanah. Salah satu komentar di video tersebut berbunyi, “Manusia terkadang terlalu rakus. Saya harap Tuhan tidak menghukum kita.” Video ini telah ditonton puluhan ribu kali di platform seperti YouTube dan TikTok.

Ahmad Baihaqi, seorang pengemudi berusia 22 tahun yang merekam momen tersebut, mengungkapkan rasa sedihnya melihat primata itu. “Dia tampak sangat bingung. Dia sendirian dan tampak tersesat, tidak tahu harus ke mana karena hutannya menghilang,” ujarnya kepada AFP.

Kondisi ini menyoroti tantangan yang dihadapi orangutan dan habitatnya akibat deforestasi yang terus berlangsung. Dengan meningkatnya aktivitas pertambangan, masa depan orangutan di Indonesia semakin terancam.

Habitat Terganggu

Meskipun tambang batu bara itu berjarak sembilan jam perjalanan dari lokasi IKN, foto-foto tersebut kembali memicu keraguan atas klaim pemerintah bahwa aktivitas ekonomi di provinsi itu tidak akan berdampak pada satwa yang terancam punah tersebut.

Mappaselle, pakar lingkungan dari Kelompok Kerja Pesisir Balikpapan menyatakan bahwa rekaman itu merupakan bukti nyata dari dampak yang dikhawatirkan selama ini.

Penampakan orangutan “jelas karena habitat mereka telah terganggu dan semakin mengecil,” katanya.

“Satwa liar kita yang terancam punah bisa punah,” ia memperingatkan.

“Itu adalah kekayaan alam dari Tuhan untuk kita di Bumi. Jika satwa liar punah, manusia gagal dalam tugas kita untuk melindungi alam.”

Ketiga spesies orangutan dikategorikan sebagai satwa yang sangat terancam punah, meskipun estimasi populasi mereka di alam liar masih beragam.

Ari Wibawanto, kepala badan konservasi setempat di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya berhasil menemukan orangutan liar berusia 15 tahun itu dan memindahkannya ke kawasan hutan lindung setelah rekaman tersebut beredar.

Namun ia berpendapat bahwa wajar jika orangutan jantan berkeliaran.

“Kawasan itu bukan sekadar area pertambangan, ada juga area pertanian dan pemukiman, dan kami menemukan orangutan itu di pertanian seseorang,” kata Ari, menepis kekhawatiran yang diutarakan oleh para pegiat lingkungan.

“Itulah sifat hewan jantan dewasa, ia tidak tinggal di satu tempat, ia mengembara,” tukasnya.

AFP mengidentifikasi lokasi tersebut sebagai area milik perusahaan tambang batu bara Kaltim Prima Coal (KPC), yang merupakan anak usaha Bumi Resources, produsen batu bara termal terbesar di Tanah Air.

KLHK dan KPC tidak segera menanggapi permintaan AFP untuk memberikan komentar.

Baihaqi berharap gambar-gambar mencolok itu dapat menyadarkan masyarakat mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan.

“Saya berharap kita dapat merehabilitasi hutan kita, atau setidaknya melindungi satwa liar kita,” katanya kepada AFP.

“Hewan ini hampir punah, Anda akan jarang dapat melihatnya lagi,” tukas Baihaqi.(VOA/03)