Kabupaten Tangerang, Fixsnews.co.id ,– Penyakit usus buntu atau apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks, yakni organ kecil berbentuk tabung yang menempel pada awal usus besar di perut bagian kanan bawah. Apendiks sendiri tidak memiliki fungsi yang vital, namun jika mengalami peradangan, bisa menyebabkan nyeri hebat dan komplikasi serius apabila tidak ditangani dengan tepat.
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir, untuk memastikan kesehatan masyarakat, baik dalam proses penanganan maupun pemulihan. Hal ini lah yang belum lama dirasakan oleh Yuyun Maryunah (43), seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di wilayah Kabupaten Tangerang.
“Awalnya saya kira hanya nyeri perut biasa, namun seiring berjalannya waktu, rasa nyeri di perut saya semakin tidak tertahankan. Bahkan ketika saya hanya menekan perut sebelah kanan sangat terasa sekali hingga membuat saya kesulitan untuk berjalan. Khawatir dengan kondisi saya yang tidak kunjung membaik, akhirnya pihak keluarga membawa saya ke klinik terdekat rumah agar mendapatkan penanganan lebih lanjut. Setelah dilakukan pemeriksaan, pihak klinik menyampaikan kondisi saya yang harus mendapatkan rujukan ke rumah sakit supaya mendapatkan perawatan insentif, dikarenakan klinik tersebut tidak memiliki peralatan yang cukup memadai,’’ cerita Yuyun (23/5/2025).
Rasa sakit yang saat itu dirasakan Yuyun merupakan kali pertama bagi dirinya. Sebab, tidak pernah terpikirkan oleh dirinya bahwa akan menderita penyakit usus buntu. Yuyun menyampaikan bahwa sesampainya di rumah sakit, pihak medis dengan sigap melakukan tindakan dalam melakukan pemeriksaan kondisinya termasuk pengecekan darah. Dan setelah diketahui dari hasil lab, Yuyun harus segera dilakukan tindakan operasi pengangkatan usus buntu agar kondisinya tidak semakin parah. Tanpa perlu berpikir panjang, Yuyun beserta keluarga menyetujui arahan dokter untuk dilakukan operasi pada keesokan harinya.
“Ketika mengetahui bahwa saya harus dioperasi, ada rasa sedikit khawatir, karena saya belum pernah menjalani tindakan operasi dalam seumur hidup saya. Namun, saya tetap bersyukur bahwa saya telah terdaftar sebagai peserta JKN dengan segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan hak kelas rawat tiga yang telah ditanggung oleh pemerintah setempat. Rasa khawatir saya berkurang karena saya hanya perlu fokus pada pemulihan saya tanpa perlu memikirkan soal biaya yang nantinya timbul. Tidak terbayangkan oleh saya jika saat itu saya belum terdaftar sebagai peserta JKN, mungkin saya tidak akan sanggup melunasi segala bentuk perawatan serta tindakan dari pihak rumah sakit yang biayanya cukup besar bagi saya,’’ tutur Yuyun.
Proses operasi usus buntu yang dijalani oleh Yuyun berjalan lancar, dirinya mengaku tidak terlalu merasakan nyeri yang banyak dikatakan orang sekitar, dan Yuyun pun dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Lalu, setelah tiga hari dirawat inap, dirinya diperbolehkan pulang dengan tetap memperhatikan pola makan yang perlu dijaga. Yuyun sadar, bahwa makanan yang dikonsumsinya selama ini mungkin tidak sepenuhnya makanan sehat hingga menyebabkan timbulnya penyakit usus buntu ini.
“Setelah pengalaman ini, saya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan kehadiran Program JKN di tengah masyarakat Indonesia. Besar harapan saya bahwa program ini dapat terus menjadi program yang berkelanjutan dan dapat menolong banyak masyarakat yang kurang mampu seperti saya. Tidak sedikitpun saya merasakan kesenjangan ataupun perbedaan pelayanan ketika saya menjadi peserta JKN di rumah sakit, jadi saya bisa membuktikan sendiri bahwa isu itu tidak benar adanya. Sekali lagi, saya sampaikan bahwa saya sangat bersyukur dengan hadirnya Program JKN,’’ tutup Yuyun. (***/01)