Diskusi Virtual, Jamaah Pengajian Kebangsaan Ingatkan Masyarakat Tidak Mudik

Jakarta, Fixsnews ,- Menjelang waktu pelaksanaan Idul Fitri atau Lebaran tahun ini, pemerintah terus menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan mudik. Selain telah dilarang, pemerintah juga berencana meningkatkan pengawasan dan pelarangan mudik di jalur-jalur yang diduga masih menjadi jalan tikus untuk menuju kampung halaman. Mengingatkan akan pentingnya untuk tidak mudik, Jamaah Pengajian Kebangsaan (JPK) bersama Aliansi Mubaligh Perekat Ulama (Ampu) di Banten menggelar diskusi virtual melalui aplikasi zoom pada Kamis (21/05) petang.

Gus Sholeh yang juga menjadi pembicara membuka acara dengan tegas bahwa upaya yang tengah dilakukan pemerintah untuk melarang mudik merupakan langkah yang sangat tepat. “Situasi pandemi corona yang saat ini tengah melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia perlu upaya konkret untuk menanganinya. Saya pikir apa yang dilakukan Presiden Jokowi adalah salah satu langkah yang tepat dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19 terus meluas”, ucap Gus.

Tugas masyarakat adalah terus mematuhi aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan, dan salah satunya adalah jangan mudik. Sayangi keluarga kita sayangi semuanya dengan tidak melakukan mudik. Ini adalah lokus yang perlu dibahas sore ini melalui diskusi kita dan semoga dengan ini dapat semakin membuka pengetahuan dan wawasan masyarakat untuk semakin mematuhi himbauan dan larangan mudik.

“Mudik merupakan silaturahmi dan masuk dalam kategori sunnah, sementara menjauhi atau menyelamatkan ummat dari marabahaya atau bencana adalah wajib”. Atas dasar ini Gus ingin semua alim ulama, para santri, pemuda, maupun seluruhnya patuhi aturan dengan tidak mudik. Jangan mudah diprovokasi atau dirayu untuk tetap melanggar aturan yang ada. Dengan melanggar maka potensi penularan akan kembali meningkat.

Disisi lain masih banyak pihak yang memanfaatkan momen bencana ini untuk saling memecah belah, menuduh pemerintah tidak becus, dan macam lainnya. “Jangan sampai kita mudah dibohongi oleh oknum yang memanfaatkan situasi ini untuk saling menebarkan kebencian dan memfitnah pemerintah, tidak gampang mengatasi situasi ini dan harusnya kita terus bersatu dan berdamai dengan corona seperti yang disampaikan Presiden”, imbuhnya.

Hidup berdampingan dengan corona artinya kita melakukan adaptasi untuk melakukan kehidupan normal tetapi tetap disertai dengan melakukan protokol kesehatan. Salah satunya dengan membiasakan memakai masker, melanjutkan dan membiasakan pola hidup sehat.

Setuju dengan Gus Sholeh, Habib Ja’far juga menyatakan bahwa masih banyak pihak yang memanfaatkan momen ini untuk mengacaukan situasi. Ini tugas kita bersama untuk melawan hoax dan provokasi, sehingga bisa bergandengan tangan untuk mengusir corona dari negeri ini.

“Istilah lebaran sebenarnya hanya ada di Indonesia. Mindset masyarakat saat ini adalah lebaran adalah momen untuk bertemu keluarga setelah waktu lama tidak bertemu. Memang butuh pengorbanan yang lebih untuk berusaha merubah mindset tersebut”, tutupnya.

Seorang aktivis muda, Muhit Hariry juga turut mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi ini. Muhit manyatakan bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan sebuah ancaman yang memang luar biasa, baik dampaknya pada bahaya kesehatan maupun ancaman ekonominya. Saat ini sudah bukan saatnya fokus pada pembahasan bahaya atau tidak bahayanya virus ini, tetapi yang harus difokuskan adalah upaya pencegahan dan pemulihannya segala sektor akibat pandemi ini.

Disisi lain, “memang beberapa pihak terus berusaha menggoreng isu-isu negatif ditengah momen bencana saat ini untuk terus menjatuhkan pemerintah maupun Presiden”, ucapnya. Dirinya beranggapan hal seperti ini menunjukkan seakan terdapat kejahatan yang tidak mengenal waktu. Para politisi sebaiknya tidak perlu memanfaatkan bencana untuk mencari panggung atau memperkeruh suasana. (02)